Apakah ungkapan kesedihan yang dipertunjukkan oleh seseorang yang kehilangan anggota keluarganya. Menangis, barang kali itu yang paling sering kita jumpai. Bagi umumnya masyarakat pengunungan tengah dan khususnya masyarakat Wamena ungkapan kesedihan akibat kehilangan salah satu anggota keluarga tidak hanya dengan menangis saja.

Biasanya mereka akan melumuri dirinya dengan lumpur untuk jangka waktu tertentu. Namun yang membuat budaya mereka berbeda dengan budaya kebanyakan suku di daerah lain adalah memotong jari mereka.

Hampir sama dengan apa yang dilakukan oleh para Yakuza (kelompok orangasasi garis keras terkenal di Jepang) jika mereka telah melanggar aturan yang telah ditetapkan oleh organisasi atau gagal dalam menjalankan misi mereka. Sebagai ungkapan penyesalannya, mereka wajib memotong salah satu jari mereka. Bagi masyarakat pengunungan tengah, pemotongan jari dilakukan apabila anggota keluarga terdekat seperti suami, istri, ayah, ibu, anak, kakak, atau adik meninggal dunia.


Pemotongan jari ini melambangkan kepedihan dan sakitnya bila kehilangan anggota keluarga yang dicintai. Ungkapan yang begitu mendalam, bahkan harus kehilangan anggota tubuh. Bagi masyarakat pegunungan tengah, keluarga memiliki peranan yang sangat penting. Bagi masyarakat Balim Jayawijaya kebersamaan dalam sebuah keluarga memiliki nilai-nilai tersendiri.

pemotongan jari itu umumnya dilakukan oleh kaum ibu. Namun tidak menutup kemungkinan pemotongan jari dilakukan oleh anggota keluarga dari pihak orang tua laki-laki atau pun perempuan. Pemotongan jari tersebut dapat pula diartikan sebagai upaya untuk mencegah 'terulang kembali' malapetaka yang telah merenggut nyawa seseorang di dalam keluarga yang berduka.

Seperti kisah seorang ibu asal Moni (sebuah suku di daerah Paniai), dia bercerita bahwa jari kelingkingnya digigit oleh ibunya ketika ia baru dilahirkan. Hal itu terpaksa dilakukan oleh sang ibu karena beberapa orang anak yang dilahirkan sebelumnya selalu meninggal dunia. Dengan memutuskan jari kelingking kanan anak baru saja ia lahirkan, sang ibu berharap agar kejadian yang menimpa anak-anak sebelumnya tidak terjadi pada sang bayi. Hal ini terdengar sangat eksrim, namun kenyataannya memang demikian, wanita asal Moni ini telah memberikan banyak cucu dan cicit kepada sang ibu.

Pemotongan jari dilakukan dengan berbagai cara. Ada yang memotong jari dengan menggunakan alat tajam seperti pisau, parang, atau kapak. Cara lainnya adalah dengan mengikat jari dengan seutas tali beberapa waktu lamanya sehingga jaringan yang terikat menjadi mati kemudian dipotong.

Namun kini budaya 'potong jari' sudah ditinggalkan. sekarang jarang ditemui orang yang melakukannya beberapa dekade belakangan ini. Yang masih dapat kita jumpai saat ini adalah mereka yang pernah melakukannya tempo dulu. Hal ini disebabkan oleh karena pengaruh agama yang telah masuk hingga ke pelosok daerah di Papua.


Jumat (25/12) malam, Koridor Ngarsopuro diresmikan, ditandai dengan sebuah pementasan seni bertajuk Wedatama Ginelar. Ngarsopuro merupakan hasil penataan ruang publik paling akhir di Kota Solo yang dilakukan oleh Pemerintah Kota sejak empat tahun silam hingga di penghujung tahun 2009 ini.

Sejatinya, di masa lalu, Ngarsopuro sudah menjadi kawasan budaya Kota Solo. Di sini terdapat Pura Mangkunegaran sebagai landmark utama. Terdapat pula Pasar Triwindu atau Windujenar, pasar yang dibangun tahun 1939 untuk memperingati ulang tahun ke-24 (tiga windu) Putri Mangkunegoro VII bernama Nurul Khamaril. Pernah melegenda pula keberadaan Pasar Ya’i, sebuah pasar malam, yang sayang kini hanya tinggal kenangan.


Namun, seiring perjalanan waktu, kawasan ini telah berubah total, dan lebih dikenal sebagai kawasan bisnis (pertokoan). Ketidaksesuaian fungsi, peruntukan dan perubahan-perubahan yang terjadi menimbulkan hilangnya jatidiri Ngarsopuro sebagai kawasan budaya. Penataan Ngarsopuro dilakukan untuk mengembalikan ke jati diri aslinya, sekaligus menciptakan ruang publik yang bisa dinikmati semua warga Solo agar interaksi sosial antar warga dapat terjalin dengan baik, selain juga menciptakan sebuah ruang bersama yang dapat dimanfaatkan untuk ajang unjuk kreasi dalam olah seni dan budaya.
Kini kawasan Ngarsopuro telah menjadi area yang lapang, kehidupan seni pun mulai tumbuh. Saat malam hari ada night market (meskipun untuk tahap awal ini baru buka di hari tertentu), yang boleh juga disebut sebagai “jelmaan” Pasar Ya’i. Telah beberapa kali pula berbagai aktivitas kesenian dan festival tingkat lokal, nasional bahkan internasional dilakukan di tempat tersebut, mulai dari Solo Batik Fashion, Festival Pasar Panji, hingga pertunjukan musik jazz.
Sedangkan Koridor Ngarsopuro didesain agar makin mempertebal citra kawasan budaya, dengan ditempatkannya elemen-elemen seni dan aksentuasi lainnya yang khas Jawa, sehingga ketika memasuki area ini aroma dan nuansa Jawa sudah akan terasa.
Sebelum Ngarsopuro, beberapa ruang publik di Kota Solo juga telah dibangun atau ditata, di antaranya city walk di sepanjang Jalan Slamet Riyadi, Taman Balekambang, Kawasan Monumen’45 Banjarsari, Kawasan Stadion Manahan, dan Bantaran Sungai Kalianyar (Taman Air Tirtonadi dan Taman Sekartaji). Termasuk juga taman-taman di seantero Kota Solo.
Semua pembangunan ruang publik tersebut diniatkan agar bisa menjadi tempat bertemu (meeting place) yang hidup dan populer bagi warga Kota Solo. Di bagian lain, ruang publik tersebut diharapkan dapat mewadahi aktivitas rekreasi pengunjung atau wisatawan dalam menghabiskan waktu luangnya di areal perkotaan kota kita tercinta ini.
Dalam perencanaan global, pembangunan ruang publik adalah bagian dari penataan wajah kota, membuat Kota Solo menjadi lebih bersih, sehat, rapi, indah dan yang lebih penting lagi adalah membuatnya nyaman untuk dihuni oleh warga kota maupun didatangi para wisatawan, termasuk juga para investor.
Dengan dibarengi penataan di sektor kepariwisataan, antara lain terhadap obyek wisata, penciptaan atraksi yang menarik dan penyiapan strategi promosi yang jitu, diharapkan Kota Solo dapat tumbuh menjadi daerah tujuan wisata yang menarik. Begitu pun di sektor investasi, sebuah kota yang aman dan nyaman akan menjadi daya tarik untuk menggaet investor.

Kekuatan
Kedua hal tersebut menjadi sangat penting karena Kota Solo sangat minim sumber daya alam, sehingga agar bisa bertahan dan berkembang serta bisa mensejahterakan masyarakatnya, Solo harus memacu pertumbuhan ekonomi di sektor jasa dan perdagangan. Dalam hal ini sektor pariwisata menjadi salah satu kekuatan yang dijadikan sumber pendapatan yang utama untuk Kota Solo.
Mendukung pemasaran kota, upaya perbaikan ruang publik juga dilakukan dalam rangka manajemen produk (dengan memperbaiki produk-produk yang ada di dalam kota), manajemen brand (mengelola pencitraan kota dengan even-even) dan manajemen customer (menumbuhkan keramahan, kesantunan warga Solo dalam menghadapi wisatawan, dan sebagainya).
Semua pembangunan dan penataan ruang publik diupayakan agar selalu dalam karakter dan spirit jatidiri Solo sebagai Kota Budaya. Konsep pembangunan di Kota Solo bersandar pada konsep Solo masa depan adalah Solo masa lalu. Solo boleh menjadi modern tetapi tidak boleh melupakan jatidirinya sebagai kota tradisional.
Namun, dalam rangka penataan, tak pelak memang kerap membentur pada hal lain, misalnya keberadaan PKL yang menjamur dan sebagian besar menempati ruang publik, seperti di Kawasan Monumen’45 Banjarsari dan Stadion Manahan, atau hunian tak berizin semisal di Bantaran Sungai Kalianyar.
Namun, dengan komunikasi yang intensif, dan pendekatan yang humanis semua pihak, maka alhamdulillah tidak terjadi gejolak yang berarti dalam proses pemindahan mereka dari area publik.
Ke depan, penataan ruang publik di Kota Solo akan terus dilakukan. Pada tahun 2010 di Jalan Gatot Subroto, Kawasan Singosaren, Pemkot akan membangun walking street, sebagai sebuah area mlaku-mlaku bengi (jalan-jalan di waktu malam).
Di sana juga akan dihidupkan sentra jajanan maupun kerajinan tangan khas Solo untuk menampung usaha-usaha rumah tangga, PKL, usaha-usaha mikro dan kecil. Selain itu, Pemkot pada 2010 juga akan merintis penataan Kawasan Pasar Gede dan Keraton Kasunanan Surakarta. -

Oleh : Joko Widodo, Walikota Solo
Opini Solo Pos 31 Desember 2009


Oleh HUALA ADOLF
Kesepakatan perdagangan ASEAN Cina (ASEAN China Free Trade Agreement atau ACFTA) akan berlaku 1 Januari 2010. Menghadapi tanggal itu kalangan dunia usaha termasuk asosiasi dagang dan industri, seperti Kamar Dagang dan Industri (Kadin) atau Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), meminta pemerintah menunda ACFTA. Mereka belum siap bersaing. Kalau kesepakatan itu dibuka, mereka khawatir akan tergilas masuknya produk Cina.
Kekhawatiran dunia usaha kita terhadap kesepakatan ACFTA memang beralasan. Kesepakatan mencakup tiga bidang yang luas dan strategis; perdagangan barang, jasa, dan investasi. Dari segi volume dan potensi ekonomi, di ketiga bidang itu, Cina terlalu kuat untuk disaingi.

Dasar hukum ACFTA adalah perjanjian payung di bidang kerja sama ekonomi komprehensif antara ASEAN dan Cina yaitu Framework Agreement on Comprehensive Economic Co-operation between ASEAN and the People"s Republic of China (Framework Agreement). Perjanjian ini ditandatangani pada 5 November 2002 dan melahirkan tiga kesepakatan, yaitu Agreement on Trade in Goods atau kesepakatan perdagangan di bidang barang (29 November 2004), Agreement on Trade in Service atau kesepakatan perdagangan di bidang jasa (14 Januari 2007), dan Agreement on Investment atau kesepakatan di bidang investasi (15 Agustus 2007).
Kekhawatiran dunia usaha terhadap ACFTA yang diungkapkan dewasa ini patut kita dengarkan. Akan tetapi, dari kekhawatiran ini, masalahnya adalah, kenapa baru-baru ini saja suara mereka diungkapkan? Bukankah sebagai pengusaha, mereka adalah pelaku dan aktor utama dalam perdagangan?
Kurang dilibatkan
Masalah utama penyebab kekhawatiran dunia usaha adalah kurang dilibatkannya mereka dalam proses perundingan. Pengusaha bahkan tidak diikutkan dalam proses perundingan yang forumnya bersifat antarpemerintah seperti ASEAN.
ASEAN adalah organisasi regional yang keanggotaannya terbatas pada negara. Dalam berbagai perundingan resmi mengenai isu-isu yang menjadi agenda perhatian ASEAN, pihak yang ikut adalah perwakilan negara anggota. Selain negara, pihak swasta atau pengusaha tidak menjadi peserta.
Penyebab kedua, kurang dilibatkannya dunia usaha kita sebagai anggota (delegasi) dalam proses perundingan terutama di perundingan kerja sama ekonomi atau perdagangan. Proses perundingan, termasuk persiapan perundingan, pihak yang langsung menanganinya adalah instansi pemerintah.
Dasar hukum untuk perundingan perjanjian internasional adalah UU Nomor 24 tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional. UU ini menjadi landasan hukum utama bagi pemerintah dalam mempersiapkan, merundingkan, menandatangani bahkan mengesahkan perjanjian internasional.
Pasal penting UU ini adalah Pasal 5. Pasal ini menyatakan, lembaga negara dan lembaga pemerintah, baik departemen maupun nondepartemen, di tingkat pusat dan daerah, yang mempunyai rencana untuk membuat perjanjian internasional, terlebih dahulu melakukan konsultasi dan koordinasi mengenai rencana tersebut dengan Menteri (ayat 1).
Ayat 2 Pasal 5 menyatakan, pemerintah RI dalam mempersiapkan pembuatan perjanjian internasional, terlebih dahulu harus menetapkan posisi. Posisi tersebut dituangkan dalam suatu pedoman delegasi RI. Pedoman delegasi RI perlu mendapat persetujuan Menteri. Pedoman harus memuat antara lain, latar belakang permasalahan, analisis permasalahan ditinjau dari aspek politis, yuridis, dan aspek lain yang dapat memengaruhi kepentingan nasional RI.
Pasal 5 ayat (4) menyatakan, perundingan rancangan suatu perjanjian internasional dilakukan delegasi RI yang dipimpin menteri atau pejabat lain sesuai dengan materi perjanjian dan lingkup kewenangan masing-masing.
Pasal utama tadi tidak menyebut pihak di luar pemerintah seperti dunia usaha. Persiapan perundingan dalam rapat-rapat antardepartemen dihadiri berbagai instansi pemerintah. Swasta jarang diundang. Wajar saja perjanjian kerja sama dengan pihak asing atau organisasi internasional di bidang ekonomi atau perdagangan, suara dunia usaha kita kurang tersalurkan.
Antisipasi dampak
Kekhawatiran dunia usaha terhadap akan berlakunya ACFTA memang beralasan. Keinginan mereka agar perjanjian tersebut ditunda, perlu pemerintah respons dengan positif.
Sebelum mengesahkan perjanjian internasional di bidang ekonomi atau perdagangan, pemerintah perlu mempertimbangkan dampak perjanjian tersebut. Setiap perjanjian kerja sama di bidang ekonomi atau perdagangan membawa dampak baik atau buruh bagi perekonomian.
Untuk mengetahui dampak yang akan terjadi dari perjanjian internasional, konsultasi dengan pihak yang akan terkena dampaknya, harus dilakukan. Konsultasi bukan sekadar dengan instansi, departemen, atau nondepartemen. Konsultasi perlu dilakukan dengan pihak-pihak ketiga, seperti dunia usaha atau akademisi.
Pemerintah perlu menjelaskan peluang atau kesempatan dari suatu perjanjian atau kesepakatan internasional di bidang ekonomi atau perdagangan kepada dunia usaha. Pemerintah perlu juga meminta masukan, kepentingan, dan kalau perlu kritik mereka terhadap muatan perjanjian internasional yang akan disepakati.
Suara dunia usaha terhadap akan berlakunya ACFTA adalah suara yang murni kepentingan dunia usaha. Merekalah garis depan yang akan terkena dampak dari masuknya produk Cina ke dalam negeri. Sambil berupaya meminta penundaan ACFTA, pemerintah agar lebih terbuka untuk mendengar suara dan kepentingan dunia usaha. Di masa depan, dalam negosiasi kerja sama perdagangan atau ekonomi, pemerintah perlu mendengar suara dunia usaha kita. ***
Penulis, Guru Besar Hukum Internasional FH Unpad.
Opini Pikiran Rakyat 31 Desember 2009



ABDURRAHMAN Wahid yang dikenal dengan sebutan Gus Dur wafat, dipanggil berpulang ke hadirat Sang Khalik pada bakda maghrib malam, Kamis 14 Muharram 1431 H, tanggal 30 Desember 2009. Guru Bangsa penyemai demokrasi dan penganjur Islam moderat-toleran di Tanah Air itu wafat pada usia 69 tahun.

Siapa sesungguhnya Gus Dur? Abdurrahman Addakhil, Abdurrahman ”sang penakluk” adalah nama seorang tokoh Islam masa Umaiyyah yang pernah menaklukkan Spanyol pada masa keemasan Islam. Nama inilah yang diberikan oleh Kiai Wahid Hasyim kepada putra sulungnya, yang kemudian akrab disapa dengan nama Abdurrahman Wahid alias mengenal Gus Dur.


Bagi orang yang tidak begitu Gus Dur mungkin akan terkecoh kontroversinya. Jangankan orang luar NU, banyak orang NU pusing atas perilaku Gus Dur. Misalnya, Gus Dur terlibat sebagai anggota dewan juri Festival Film Indonesia (FFI), menjadi Ketua Dewan Kesenian Jakarta, kejeliannya sebagai pengamat sepak bola, menolak masuk ICMI malah membentuk Forum Demokrasi, menerima sumbangan dari SDSB, tuduhan-tuduhannya kepada berbagai pihak yang dianggapnya sebagai biang sejumlah kerusuhan beberapa waktu lalu, dan tentu saja gagasannya mengganti ”assalamu’alaikum” menjadi ”selamat pagi”.

Gara-gara gagasan itu, Kiai As’ad Syamsul Arifin, Rais Aam NU dan pengasuh pesantren Salafiyah as-Syafi’iyah Situbondo, menyatakan mufarraqah (berpisah) dengan kepengurusan NU selama Gus Dur masih menjadi Ketua Tanfidziyah NU. Setidaknya tercatat dua kiai senior ”ditaklukkan” dan selanjutnya terpental dari kepengurusan Syuriyah PBNU selama kepengurusan Gus Dur, yaitu Kiai As’ad Syamsul Arifin dan Kiai Alie Yafi.

Gagasan Gus Dur yang terkesan melampaui kebiasaan orang NU ini, membuat Fachry Ali menjuluki Gus Dur sebagai ”orang asing di tengah NU”. Bagi orang NU, perilaku Gus Dur di luar kebiasaan orang kebanyakan sering dimaafkan begitu saja dengan menisbatkannya sebagai wali.

Gus Dur menempuh pendidikan Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP) di Yogyakarta, tahun 1953-1956. Dia tinggal di rumah KH Junaid, seorang Kiai Muhamadiyah dan anggota Majelis Tarjih Muhamadiyah. Oleh guru bahasa Inggrisnya yang anggota Gerwani (sayap perempuan PKI), Gus Dur muda diperkenalkan literatur-literatur serius berbahasa Inggris, seperti What is tobe Done? karya Lenin, Captain"s Doughter karya Turgenev, dan Das Capital karya Karl Marx. Betapa pada usia yang relatif muda, Gus Dur telah berkenalan dengan sumber bacaan yang belum tentu dapat dipahami oleh orang dewasa.
Kritik Soeharto Sebagaimana kebanyakan orang NU, Gus Dur menghabiskan banyak waktu belajar di berbagai pesantren. Pondok Pesantren Tegalrejo Magelang di bawah bimbingan Kiai Chudlori, selama tiga tahun sejak 1956, adalah tempat Gus Dur mengawali pengembaraannya di pesantren.

Tahun 1964-1966 ia melanjutkan studinya pada Department of  Higher Islamic and Arabic Studies di Universitas al-Azhar Kairo, Mesir. Kondisi belajar yang tidak kondusif bagi Gus Dur, membawanya menghabiskan waktu dengan mengikuti kegiatan di luar kampus, membaca di berbagai perpustakaan, seperti perpustakaan nasional Dar al-Kutub, dan perpustakaan American University Library. Selama di Mesir, ia melakukan kontak dengan syaikh dan cendekiawan terkemuka, seperti Zaki Naguib Mahmoud, Soheir al-Qalamawi dan Syauqi Dief.

Yang tak kalah menariknya dia menyempatkan diri menikmati konser musik, nonton film-film Perancis dan tentu saja sepak bola. Selepas dari Kairo, Gus Dur belajar di Fakultas Sastra Universitas Baghdad, Irak sampai 1970. Menurut KH Machfudz Ridlwan, kawan satu kamar Gus Dur di Bahgdad dan kini pengasuh pesantren Edi Mancoro, Gedangan Kabupaten Semarang, Gus Dur sering membawa pulang setumpuk buku untuk dibaca di luar jam-jam kuliahnya.

Kendati di perantauan, Gus Dur sering mengirimi surat bernada kritik kepada Soeharto. Solichah Wahid selalu dipanggil Soeharto untuk memberi nasehat kepada anaknya agar tidak terlalu nakal.

Gus Dur dikenal mampu berkomunikasi dengan komunitas NU sampai di level paling bawah melalui pengajian-pengajian tradisional, mampu bermain wacana ilmiah dengan kalangan intelektual perkotaan, dan dapat menjalin komunikasi secara intens dengan dunia internasional. Bahkan beberapa kalangan di NU meyakini Gus Dur mampu berkomunikasi dengan para ahli kubur.

Gus Dur telah berkenalan dengan berbagai wacana yang mungkin asing di lingkungan NU, seperti Das Capital karya Marx, dan telah bermain politik pada level tinggi sejak usia muda, kendati hanya lewat surat.

Karena itu, tidak mengherankan bila Greg Barton dalam disertasinya tentang Gagasan Islam Liberal di Indonesia menyebut latar belakang pendidikan dan pergaulannya yang terbuka itu membawa Gus Dur sebagai pemikir paling liberal yang tidak tertandingi oleh pemikir sekaliber Nurcholish Madjid sekalipun.

Dan tidak mengejutkan bila menjelang dan pascakejatuhan Soeharto, Gus Dur yang sering kali bolak-balik melakukan lobi dengan pihak Soeharto. Pada tahun 1999 Gus Dur dicalonkan dan dipilih oleh MPR sebagai Presiden RI keempat. Salah satu alasan utama pencalonan Gus Dur oleh Poros Tengah â€"terutama Fraksi Reformasiâ€" adalah rendahnya tingkat resistensi terhadap Gus Dur, ketimbang dua calon lainnya, Habibie dan Megawati.

Satu kelebihan Gus Dur dibanding tokoh politik lainnya di negeri ini adalah pergaulannya yang luas, melampaui komunitasnya sendiri, dan keterbukaan sikapnya. Gus Dur sering memainkan berbagai peran pada berbagai kondisi. Dalam teori perilaku politik, posisi Gus Dur ”key role”, pemeran kunci. Artinya, sikap keterbukaan Gus Dur terhadap kawan dan lawan politiknya, menjadikannya sebagai tempat bertemunya berbagai persoalan politik.

Sejak kemelut Mei 1998, sudah tidak terhitung lagi berbagai kelompok dan tokoh politik bertemu dengan Gus Dur. Mulai dari Prabowo hingga Wiranto, di mana keduanya dikesankan berada pada faksi yang berseberangan di tubuh militer. Gus Dur pula yang memungkinkan bertemunya Amien Rais dan Megawati, dua tokoh reformasi yang terkesan sulit bertemu. Gus Dur juga memfasilitasi bertemunya berbagai gagasan pascapemilu 1999 antara para pendukung Habibie di tubuh Golkar, pendukung Megawati di PDI Perjuangan, dan kalangan Poros Tengah. Semua itu menjadikan Ciganjur, desa di kawasan Jakarta Selatan, menjadi salah satu tempat terpenting dalam pengambilan keputusan politik, selain Cendana, Patra Kuningan, Cikeas dan Istana Merdeka.
Peran Kunci Dengan demikian, secara tidak langsung Gus Dur dapat mengetahui peta kekuatan politik di antara para pesaing politik. Pada titik inilah Gus Dur dapat memainkan peran kunci, apakah para pemain politik akan dibawa kepada konflik yang menajam, atau akan digiringnya kepada rekonsiliasi. Sejauh ini, nampaknya jalan rekonsiliasi yang selalu ditempuhnya. Hal ini terlihat ketika gejala saling menghadap-hadapkan antara dirinya dengan kubu Megawati dalam pencalonan presiden 1999 semakin menajam, dihadapinya dengan santai sembari ziarah bersama dengan Megawati ke makam Bung Karno di Blitar dan makam Hasyim Asy’ari di Jombang.

Memang peta politik pascapemilu 1999, terutama pada level pemilihan presiden, nampaknya Gus Dur sedang membangun budaya politik baru di kalangan elite politik negeri ini, yaitu politik tidak selalu dimainkan dengan zero sum game. Politik tidak lagi menjadi politik bila masing-masing kekuatan yang bermain saling meniadakan pesaing politiknya, sampai-sampai tidak ada lagi pihak yang berperan sebagai pesaing politik.

Salah satu kenangan kita kepada Gus Dur saat menjadi Presiden adalah diresmikannya Kong Hu Cu sebagai salah satu agama resmi di Indonesia. Kita akrab dengan selorohnya ”gitu aja kok repot”, sebuah kesan begitu ringan saat merespon masalah yang dihadapinya. Tanpa beban berat Gus Dur memberhentikan Wiranto dari jabatan Menkopolkam saat itu. Begitu juga tanpa canggung-canggung Gus Dur memberi predikat ”anak taman kanak-kanak” bagi anggota DPR hasil Pemilu 1999. Itu semua yang kemudian berujung pada dilengserkannya Gus Dur dari kursi kepresidenan pada tahun 2001, hanya 2 tahun dari pelantikannya.

Keberanian Gus Dur dalam berpikir dan bertindak itu bukan tanpa sebab. Nurcholish Madjid dalam sebuah seminar menjelang Muktamar NU 1994 menuturkan mengapa Gus Dur begitu berani bahkan cenderung nekad. Gus Dur berdalih bahwa dalam garis keluarga ayahanda, anak laki-laki cenderung mati muda, termasuk ayahanda Kiai Wahid Hasyim dan paman-pamannya. Itulah nampaknya yang mendorong Gus Dur berani dalam tindakan dan pemikiran, persis seperti sajak Chairil Anwar, ”sekali berarti, sudah itu mati”.
Akhirnya, kita semua dapat belajar dari sikap keterbukaan dan keberanian politik Gus Dur. Keberanian menebar benih-benih perbedaan yang sedang disemai Gus Dur untuk menumbuhkembangkan demokrasi dan Islam moderat-toleran di taman sari Indonesia.

Selamat jalan Gus Dur. Teriring doa, semoga Gus Dur husnul khatimah, amal shalehnya diterima Allah dan mendapat maghfirah Allah.(77)

- Hasyim Asy’ari, Penulis adalah staf pengajar Fakultas Hukum Undip Semarang.
Wacana Suara Merdeka  31 Desember 2009


Google terus saja berusaha memperluas bisnis mereka. Sukses dengan layanan search engine, peta, email, proxy global, hingga Operating System, Google dikabarkan akan segera merambah dunia gadget. Tidak tanggung-tanggung, Google diberitakan akan segera mengeluarkan dua gadget sekaligus, yaitu Google Phone dan netbook. Kali ini CHIP tidak akan membahas mengenai Google Phone, tetapi akan lebih banyak membahas mengenai netbook keluaran Google.

Beberapa minggu lalu, rumor mengenai netbook keluaran Google tersebut sempat panas di dunia maya. Orang-orang mulai membuat prediksi sendiri-sendiri mengenai spesifikasi apa yang mungkin digunakan. Mau tahu kira-kira spesifikiasi apa yang kemungkinan besar digunakan oleh netbook Google tersebut?

Netbook ini dikabarkan akan menggunakan layar sebesar 10.0 inci TFT HD-ready dengan kemampuan multi-touch. Netbook ini juga akan menggunakan 64GB SSD, 2GB RAM, dan tentu saja dukungan jaringan WiFi, 3G, Bluetooth, Ethernet port, USB ports, webcam, dan lain-lain.

Operating System yang akan digunakan netbook ini adalah Google Chrome. Kartu grafis yang akan digunakan adalah NVIDIA Tegra dan akan ditenagai oleh ARM CPU (dikabarkan lebih bertenaga dibandingkan dengan Intel Atom).

Netbook besutan Google ini diprediksi akan keluar pada musim liburan tahun 2010, dan akan didukung oleh berbagai aplikasi buatan Google sendiri, seperti Google Map, Gmail, Google Docs, Google Calender, dan Google Search by Voice. Netbook ini diprediksi akan dilepas dengan harga USD300.



Kali ini kartolo akan memberikan beberapa konfigurasi firefox yang perlu sobat2 tahu. Mungkin sebagian ada yang tahu atau pernah mencoba. Termasuk pada artikel kartolo tentang optimize internet connection dan mengatasi firefox yang lambat. Nah, konfigurasi ini agar teman - teman semua tahu dan tidak ngawur dalam konfigurasi firefox browser kita. Untuk melakukan konfigurasi pada Firefox, ketikkan about:config pada address bar kemudian akan muncul pesan yang akan memperingatkan kita untuk berhati-hati dalam menggunakan about:config "I’ll be careful, I promise!", langsung klik aja. Nah, ini dia konfigurasi yang harus kita ketahui:

1. Mengatur jumlah Smart Location Bar
Di FireFox 3, jika mengetikkan alamat website pada address bar maka akan keluar daftar menu URL. Secara Default jumlah yang di tampilan adalah 12.

Config : browser.urlbar.maxRichResults
Default: 12

2. Non-aktifkan Session Restore
Pada Firefox 3, secara otomatis Session akan di simpan setiap 10 detik itu jika Firefox yang kita gunakan terjadi error. Semua dapat di Restore pada Firefox tabs.

Config name: browser.sessionstore.enabled
Default: True

3. Merubah nilai Session Restore
Nilai default Session Restore 10 detik / 10000 ms
1000 = 1 detik, 60000 = 1 menit

Config : browser.sessionstore.interval
Default : 10000 (in msecs, equivalent to 10secs)

4. Menampilkan Higher Image Quality
Firefox dapat menampilkan gambar dengan resolusi tinggi akan tetapi secara default Firefox tidak menggunakannya.

Config : gfx.color_management.enabled
Default : false

5. Scan AntiVirus
Pada Firefox 3 mendukung scan antivirus pada saat kita berselancar di internet ataupun pada saat download.

Config : browser.download.manager.scanWhenDone
Default : true

6. Scroll Tabs
Pada saat kita membuka halaman hingga 20 halaman misal, maka Firefox dengan sendirinya akan melakukan scroll tab ke samping kiri ataupun ke kanan.

Config : browser.tabs.tabMinWidth
Default: 100

7. Menampilkan tombol Close pada tab
Jika kita menginginkan di setiap tab halaman Firefox terdapat tombol Close maka yang kita lakukan adalah dengan merubah Config : browser.tabs.closeButtons

Config : browser.tabs.closeButtons
Default: 1

8. JavaScript Popups
Firefox secara otomatis akan menampilkan new tab ataupun new window bila mana kita membuka sebuah link dan kita juga bisa tidak menampilkan ke dua fitur tesebut.

Config name: browser.link.open_newwindow.restriction
Default: 2

0 â€" Membuka link dengan new windows
1 â€" Membuka link dengan new tab

9. Melakukan Search dengan new tab
Setiap kali kita melakukan Search secara default kita akan tetap berada pada halaman tab yang sama, tetapi bagaimana bila kita melakukan Search secara otomatis akan membuka new tab?

Config Name: browser.search.openintab
Default: False

10. Menghemat Physical Memory pada saat Minimized
Pada Firefox kita bisa melakukan penghematan penggunaan Physical Memory dengan cara melakukan penambahan Config baru. Klik kanan pada halaman Config kemudian New - Boolean

New Config : config.trim_on_minimize
New values: True

Udah tahu kan? Makanya kalo konfigurasi firefox jangan ngawur. Akan bisa merusak koneksi dan browser itu sendiri. Sekian yang bisa kartolo share ke teman - teman. Gimana menurut kalian? KAlo ada pertanyaan langsung comment aja. Semoga bermanfaat.



Cowok memang harus menikah, tetapi bagaimana rasanya kalau punya 86 istri dan 170 anak? Tetapi ada lho, orang Nigeria memiliki 86 istri. Istri dari cowok Nigeria bernama Belo ini bahkan ada yang umurnya di bawah anaknya. Wah, berlebihan banget ya. Penasaran? . . .

Cowok punya 86 istri dan 170 anak
Bagaimana nih tanggapan dari pembaca sekalian? Wih benar-benar keluarga besar ya. Gimana cara ngasih makannya tuh. Bisa bingung deh ini anak siapa ini mamanya siapa, tetapi cara cari bapaknya sih gampang, cuma satu soalnya.


With the onset of Christmas, those who celebrate it are getting into the festive season with Christmas songs and decorations. It"s also the time of year when people see Christmas’ best known icon, Santa Claus around and about along with his black helper, Black Pete or in Indonesian, Pit Hitam.
Even though Christmas is a Christians celebration commemorating the birth of Jesus Christ, it is also closely associated with the arrival of Father Christmas, a jolly old man carrying gifts for well-behaved children worldwide. Known around the world, this image has been adapted by each local culture. The North Americans for example, perceive him as a fat, jovial old man with a thick white beard and a red suite â€" introduced in the Coca-Cola advertisements from the 1930s â€" while in Europe, Santa comes with a long coat and travels by horse or boat.


This figure also never comes alone. In Austria, Bavaria, Croatia, Slovenia and Hungary for example, he is accompanied by Krampus, a horned devil, while in the German tradition he is with Knecht Ruprecht. Servant Rupert is Santa"s dark skinned helper who carried a rod or broom as well as a sack to scare the naughty kids.
The Knecht Ruprecht is interpreted as Zwarte Piet or Black Pete in the Netherlands, Belgium and Luxembourg. He arrives not in form of a devil, but as a black African man â€" influenced by Holland"s trade with Spain, which back traded in African slaves â€" carrying a whip to lash naughty children, as well as helping Santa Claus carry his big sack of gifts.
The idea of a white Santa and his black helper disseminated out of Holland with Dutch colonialism. In Indonesia and Suriname, for example, the figure of Black Pete or Pit Hitam remains close people"s minds. I remember being terrified of being whipped by the curly-haired black guy.
My father also told me that he still remembers how his father was sometimes asked to play the role of Black Pete in his days, “as he was black and small, not like Santa Claus,” my father recalled. He also remembers that Santa Claus was always pictured as a londo â€" a Javanese term to call the Westerners â€" while Black Pete would more or less look like an Indonesian.
The development and transformation of ideas is called ideoscape, a term coined by Appadurai. He says that ideas â€" as part of globalization â€" will merge themselves into new-born ideas. This is helped by the augmentation of technology, distribution of money, as well as the migration of people. It would supposedly diffuse the original ideas and social functions into new ideas and meanings.
In the case of the Black Pete and the White Santa though, we can still grasp the grand discourse behind it and feel that the powers behind this distribution of ideas are not equal. Even though this Christmas tale has been adapted to our local understanding, we still fail to escape the grand idea about the position of black and white as well as to attach new meanings to these symbols.
The Santa-Pete duet imply in itself a binary opposition between the inferior and superior, the wise and the tribal. Black Pete being the antagonist may create a false consciousness of feeling inferior and wicked for those who may associate themselves due to the physical similarities with Black Pete â€" or in the other words, those who are dark skinned â€" while Santa Claus represents the strong, good, white and wise other.
Although this opposition may not appear in extreme gestures in Indonesia, we can still trace this inequality of color. The rush of women to buy cosmetics to make them feel as white as the good and jolly Santa, is one example of this. It shows the idea of aesthetics and beauty accepted today are indeed influenced by symbols such as these, which existed since the colonial era.
This fact has been noticed by Frantz Fanon in his book Black Skin White Mask where he documented black people"s inferiority and their eternal longing to be white. This longing to be white â€" not only as a color, but also as a symbol â€" are implied in the living symbols in society. In Indonesia we can witness the half American Miss Indonesia who"s more fluent in English than Indonesian, television shows like bule-gila (crazy bule), Facebook groups such as “buleholics”, dozens of advertisements, and even books on “how to get a bule” that entails an unspoken declaration of the native"s amazement to their white “superiors”.
This unequal image of black and white has been reproduced through culture for decades. The superiority of the West is an idea that stayed even after the departure of the Dutch 65 years ago. Even though in the low lands, an innovative Black Santa and a White Pete has been introduced to deconstruct the image of black and white, the idea of the superior white man proved to stay in the lives of the ex-Dutch colonial descendents.
It is an inequality that still lives on â€" more vividly felt when we see the different digits of salary between a native and expatriates in Jakarta â€" and is often overlooked and seen merely as a given fact. But I do believe that by first admitting this situation, we can come closer to the liberation of mind that may lead to a different perspective in how we value ourselves.
So, this Christmas, know that you don’t have to put thick white powder on your face to dress up as Santa. Being colored is not such a sin.


Agnes Titi Kusumandari, The writer is an alumnus of Cultures and Development Program in KuLeuven, Belgium
Opinion of The Jakarta Post December 30, 2009

Blog Archive

125x125= Rp. 35.000/month

www.smartbacklink.net/ www.smartbacklink.net/