Jill Gladys menjadi selebriti pertama yang membuka awal tahun 2010 dengan kasus hukum. Tak pernah disangkanya sebelumnya, sang kekasih yang seharusnya melindungi dan mengayomi justru suka main tangan. Bukan hanya itu, diungkapkan Jill, kekasihnya bernama Beft Nando yang sudah dipacarinya 2 bulan sudah melakukan 4 kali pemukulan, penganiayaan, dan disertai penggunaan narkoba. Alhasil, Jill pun membawa hal tersebut ke pihak Kepolisian pada Jumat malam.

"Kemarin malam kan saya memergoki dia lagi memakai sabu-sabu di apartemennya, di Apartemen Batavia. Pas sampai di apartemennya, saya nggak tahu dia lagi pakai. Saya waktu itu lagi menjemputnya, secara bersamaan dia sedang pakai sabu-sabu. Pas saya sampai, saya ke kamarnya dan habis itu nunggu dia di ruang tamu," kata Jill kepada KapanLagi.com yang dihubungi via telepon.

Dikatakan Jill, pertemuan awal dengan Beft normal-normal saja. Tidak ada yang aneh saat dikenalkan oleh temannya. Namun setelah beberapa waktu kemudian, belang Beft mulai kelihatan. Jill pun jadi korban kekerasan, yang bahkan dilakukan di tempat umum.

"(Saya) ditampar, dicekik, sampai terakhir dia menaruh pisau di leher saya. Penganiayaan sudah berkali-kali dan yang terakhir itu sore, itu menampar. Selama itu aku ada lebam di rahang kanan, leher, dada kiri, dan bibir. Tapi saat kemarin itu sudah tidak ada bekasnya yang terlihat. Waktu itu kita berada di suatu mall dan itu terjadi di bioskop," katanya.

"Saya waktu itu sudah nggak tahan lagi dan nggak kuat. Saya pun SMS keluarga, saya minta mereka untuk jemput. Tiba-tiba keluarga saya datang bersama polisi dan langsung menangkap. Digerebek jam 11 malam kemarin ," lanjut Jill.

Untuk kasus penganiayaan ini, Jill menyerahkan ke Polda Metro Jaya. Ia pun siap untuk memberikan keterangan selengkapnya demi mendapatkan keadilan. "Saya menjadi korban untuk kasus pemukulan dan saksi untuk narkobanya," ujarnya seraya menambahkan akan segera menggelar preskon usai berurusan dengan pengacaranya.



Departemen Hukum dan HAM akan merekomendasikan kepada Kejaksaan Agung terkait pelarangan sejumlah buku yang dianggap berbahaya bagi disintegrasi dan perlindungan keamanan masyarakat. Selain buku tentang separatisme, buku yang akan direkomendasikan untuk dilarang adalah buku yang mengajarkan bom bunuh diri.

Kepala Penelitian dan Pengembangan Departemen Hukum dan HAM, Hafid Abbas mengungkapkan buku tentang bom bunuh diri termasuk di antara 20 buku yang kajiannya hampir rampung. Hasil kajian Depkumham ini selanjutnya direkomendasikan kepada Kejaksaan Agung agar dilarang.

"Buku ini menyebutkan bahwa bom bunuh diri itu bagus, sebagai wujud cinta kasih pada Tuhan," kata Hafid kepada VIVAnews di Jakarta, Minggu, 3 Januari 2009.

Menurut dia, jika terus dibiarkan beredar, buku ini berbahaya bagi masyarakat. Sebab, buku tersebut memberikan pengajaran paham yang menyesatkan, yakni menemukan cinta kasih kepada Tuhan dengan jalan melalui kekerasan.

"Kita tidak boleh membiarkan anak-anak Indonesia jatuh karena provokasi melalui buku soal aksi bom bunuh diri," kata dia.

Dia menegaskan upaya menghadapi terorisme tidak bisa hanya dilakukan oleh Polisi melalui Densus-88. Namun, upaya-upaya pendekatan secara lunak juga harus dilakukan, dengan cara mencegah agar anak-anak Indonesia tidak terprovokasi oleh buku-buku semacam itu.

Dia mengingatkan buku dan aksi-aksi kekerasan ibarat api dan bensin. Jika buku-buku itu dibiarkan beredar luas maka akan menyebarkan kebencian, kekerasan dan paham menyesatkan. Padahal, kedamaian perlu dirawat dan dipelihara, termasuk melalui pencegahan upaya-upaya provokasi melalui buku.

"Masak, kita membiarkan anak-anak diprovokasi untuk melakukan bom bunuh diri," kata dia.

Untuk itu, menurut dia, pemerintah akan meluruskan paham tersebut melalui publikasi yang benar, argumentasi yang berdasar, serta dialog intelektual yang tumbuh.


Berita pengumpulan koin dari masyarakat untuk mendukung Prita Mulyasari sebagai ikon pencari keadilan yang teraniaya belum hilang dari ingatan kolektif warga negeri ini.

Tulisan ini tidak menyoroti Prita dan pengumpulan koin dukungan tersebut, tetapi bagaimana komplain seharusnya dikelola oleh sebuah perusahaan, terutama dalam era baru dimana teknologi Internet dan jaringan sosial berkembang demikian pesat
Komplain pelanggan di dunia maya pun bisa berubah menjadi sebuah krisis perusahaan apabila tidak ditangani dengan baik, tepat waktu, solutif dan antisipatif .


Kasus Prita Mulyasari berawal dari sebentuk komplain terhadap ketidakpuasan pelayanan yang diberikan oleh RS Omni Internasional terhadap dirinya. Prita menyebarkan ketidakpuasan pelayanan atau komplain tersebut melalui milis kepada sejumlah temannya.
Keluhan atau komplain inilah yang kemudian membawa Prita pada persoalan hukum yang serius, karena pihak RS Omni kemudian menggugat Prita dengan alasan mencemarkan nama baik rumah sakit itu.
Prita dijerat dengan tuduhan pelanggaran Pasal 27 Ayat 3 UU No 11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Langkah hukum RS Omni terhadap Prita terbukti menimbulkan dampak buruk bagi RS Omni karena perusahan menghadapi krisis kepercayaan dan krisis citra (crisis of confidence and lost of PR image).Gugatan yang dilayangkan membawa pengaruh buruk terhadap reputasi, citra dan kredibilitas rumah sakit Omni .
Dengan makin terbukanya arus informasi seperti saat ini, konsumen bebas menyuarakan keluhan ataupun ketidakpuasan pelayanan yang dialaminya. Fenomena media atau jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, My Space dan berbagai aktivitas yang bisa dilakukan di dunia maya seperti ngeblog semakin memberi keleluasan bagi konsumen untuk menyuarakan ketidakpuasanmya. Ketidakpuasan itu bisa berupa keluhan ataupun testimoni negatif atas suatu produk dan layanan yang dialaminya. Tak lagi hanya sebagai sarana komunikasi lintas ruang, kini Internet telah berkembang menjadi media yang efektif dan massif guna menyebarkan informasi.
Jika kita menilik perkembangan blog, saat ini terdapat lebih dari 200 juta blog. Di Indonesia jumlah blogger telah mencapai satu juta. Jumlah ini meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. 34 % Dari blogger di seluruh dunia mengunggah opini mereka mengenai produk dan merk, dan 78 % dari konsumen mempercayai rekomendasi mereka.
Demikian pula dengan pengguna Facebook atau Twitter. Di Amerika pengguna Twitter sudah mencapai angka tujuh juta pengguna. Para pengguna situs jaringan sosial ini tentu dapat menyampaikan unegâ€"uneg-nya secara bebas melalui situs jaringan sosial yang dimilikinya. Membendung opini negatif di situs jejaring sosial memang tidak mudah.
Manajemen
Perusahaaan atau lembaga perlu menyiapkan sistem penanganan keluhan pelanggan yang terintegrasi untuk mengatasi beragam keluhan pelanggan, termasuk keluhan melalui dunia maya. Keluhan ataupun komplain pelanggan tidak perlu dianggap sebagai ancaman bagi perusahaan.
Komplain ini seyogianya dianggap sebagai sebuah tantangan bagi perusahaan untuk menyelaraskan persepsi antara perusahaan dengan konsumen. Perusahaan harus tanggap dan transparan dalam menangani keluhan pelanggan, supaya keluhan tersebut tidak berkembang meluas dan menimbulkan krisis bagi perusahaan.
Banyak cara dapat digunakan dalam menangani komplain seperti memberikan pengertian dan pemahaman kepada konsumen, berdialog terbuka dengan konsumen, menggunakan hak jawab atau menarik produk dari pasar jika dianggap merugikan konsumen. Cara-cara tersebut lebih mengutamakan upaya persuasif dan dialog yang semuanya bertujuan untuk membangun kesepahaman dan pengertian.
Selain mampu menyebarkan testimoni negatif terhadap produk dan layanan suatu perusahaan atau lembaga, komunitas dunia maya juga memiliki potensi yang besar untuk menyebarkan testimoni positif terhadap sebuah produk dan layanan.
Apabila perusahaan dapat menangani keluhan secara profesional maka keluhan ini akan dapat dirubah menjadi sebuah kepuasan pelanggan. Dan hasil dari sebuah penanganan keluhan yang baik terhadap pelanggan dapat mendukung terbangunnya citra positif perusahaan .
Mengelola komplain dengan mengambil langkah hukum terhadap pelanggan bukanlah sebuah pilihan yang bijaksana. Suara ketidakpuasaan seorang konsumen tidak harus dibungkam dengan tindakan represif yang justru akan kontra produktif terhadap citra perusahaan.
Keluhan atau komplain pelanggan tersebut telah berubah menjadi sebuah krisis perusahaan karena sedari awal tidak ditangani dengan baik oleh RS Omni Internasional. Dukungan publik kepada Prita Mulyasari semakin hari semakin luas, meskipun pihak RS berhasil memenangkan gugatan perdata di pengadilan. Dalam kondisi seperti ini tentu citra dan reputasi perusahaan akan runtuh karena perusahaan gagal mendapatkan simpati dan dukungan publik.
Padahal simpati dan dukungan publik adalah sesuatu yang semestinya menjadi tujuan akhir dari hadirnya perusahaan di tengah masyarakat, selain keuntungan ekonomi . Kasus Prita memberikan hikmah yang besar bagi perusahaan dalam mengelola ketidakpuasan pelanggan. -

Oleh : Retno Wulandari, Public Relations Manager The Sunan Hotel Solo
Opini Solo Pos 4 Januari 2010


Oleh H.A.M. Ruslan
Rapat Redaksi Pikiran Rakyat awal Desember 1989, memutuskan perlunya dipilih "Tokoh Kita Tahun 1989". Rapat memunculkan lima nama yang akan dipilih pembaca melalui 1.000 angket yang disebar. Kelima nama itu (disusun menurut abjad), Abdurrahman Wahid, Aburizal Bakrie, Marzuki Usman, Neno Warisman, dan Susi Susanti. Pembaca diberi hak untuk memilih nama lain di luar lima nama tersebut. Jumlah angket yang masuk 78,1 persen. Perhitungan final menunjukkan, Abdurachman Wahid meraih suara terbanyak. Jadilah Gus Dur sebagai "Tokoh Kita Tahun 1989" menurut pembaca "PR".
Apa komentar Gus Dur tentang hasil pemilihan ini ? 

Dari ujung telefon ia menjawab singkat, "Wah , saya kaget. Namun sampaikan ucapan terima kasih kepada pembaca ’PR’ yang memilih saya."
Beberapa hari kemudian "PR" melanjutkan wawancara.
Tanya: Apa sebenarnya cita-cita anda waktu kecil dulu.
Jawab: Dulu saya ingin masuk Akabri, jadi militer. Namun tidak jadi karena saya pakai kacamata. Cita-cita saya jadi jenderal nggak kesampaian.
Tanya:Sejak kapan Gus Dur pakai kacamata ?
Jawab: Sejak umur 14 tahun. Memang ayah dan ibu saya berkacamata.
Tanya: Kacamata Gus Dur masih mungkin menebal?
Jawab: Wah, mudah-mudahan saja tidak.
Tanya: Omong-omong, bagaimana Gus Dur membagi waktu untuk keluarga?
Jawab: Saya memang dipaksa keadaan. Dengan sendirinya saya mengambil cara sendiri. Yang terpenting, beberapa kegiatan pokok tidak boleh ditinggalkan. Dalam waktu-waktu tertentu saya gunakan untuk keluar rumah dengan anak-anak dan istri. Kelayapan, lihat-lihat dan pada ujungnya makan di restoran. Itulah yang paling pokok.
Saya berusaha sejauh mungkin mengantisipasi kebutuhan mereka. Apakah kebutuhan itu bersifat anjuran atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan mereka di sekolah. Dengan cara ini, mereka akan merasa diayomi.
Saya tidak pernah keras, tetapi tegas. Umpamanya anak saya yang paling tua, kini duduk di kelas III SMA. Saya tidak pernah memberi izin untuk belajar mengemudi mobil. "Kamu harus ambil SIM sewaktu undang-undang membolehkan. Kalau bapakmu ngomong agar taat pada undang-undang, sedangkan kamu belum sampai umur sudah mengemudi, maka itu tidak boleh dan tidak baik." Saya memulai dari keluarga sendiri
Untuk menaati undang-undang, dan mereka taat. Namun hal ini berakibat, saya kecapaian mengantar mereka sekolah. Akhirnya saya mengambil sopir. Dengan demikian, antara kebutuhan mereka dan disiplin yang saya terapkan jadi sesuai. Mereka tahu persis.
Insentif saya kepada mereka tidak pernah secara material. Insentif saya mengarah kepada capaian. Mereka harus harus mencapai capaian-capaian tertentu yang sifatnya juga bisa komersial. Bagi anak saya yang paling gede, banyak tulisan saya yang diketiknya. Saya beri harga per lembarnya. Jadi dengan begitu ia merasa dia mencapai sesuatu, dan capaian itu dihargai ayahnya. Jadi bukan berupa penghargaan kosong dalam bentuk duit. Anak kedua juga melakukan hal yang sama.
Menurut saya, akhirnya mereka akan berkembang menjadi anak-anak yang mengerti apa yang dimauinya, tahu batas-batas kemampuan, tetapi harus berusaha mengerahkan kemampuannya.
Tanya: Setelah cita-cita menjadi jenderal gagal, lalu cita-cita Gus Dur beralih ke mana?
Jawab: Waktu itu saya langsung dihadapkan ke pesantren. Kalau nggak bisa ke sana, ke mana saja boleh.Waktu itu kakek saya (dari ibu) menawarkan agar saya ke pesantren saja. Lantas saya mesantren di Magelang. Beliau sendiri yang mengantarkan saya ke sana. Selain ngaji kitab suci, saya membaca berbagai buku. Memang dari kecil saya punya buku bacaan banyaksekali, dan buku-buku itu saya bawa ke pesantren. Di pesantren keinginan saya untuk menjadi sastrawan tumbuh. Saya bikin puisi. Saya pernah gandrungi puisi.
Namun berbagai pihak menganjurkan agar saya pergi ke Mesir untuk belajar. Saran ini juga datang dari K.H. Saifuddin Zuhri yang waktu itu jadi menteri agama. Saran itu saya ikuti. Alhamdulillah, di Mesir saya belajar agama secara konsepsional. Juga mendalami kaitan Islam dengan kapitalisme, kaitan Islam dengan sosialisme, Islam dengan kebudayaan modern, dan lain-lain. Terpaksa saya mendalami berbagai isme itu, terlepas dari hubungan satu dengan lainnya. Di Irak, karena orang Indonesia diharuskan belajar tentang Indonesia, maka saya belajar tentang sosiologi Indonesia, sejarah Indonesia. Saya merasa mendapatkan kematangan dari belajar itu.
Tanya: Dalam tahap sekarang, apa yang hendak anda capai lagi?
Jawab: Cita-cita saya sejak dulu adalah menjadi salah seorang guru bangsa. Bung Hatta itu guru bangsa kita. Soedjatmoko itu guru bangsa dalam hal pandangan masa depan bangsa kita. Ki Hadjar Dewantoro adalah guru bangsa di bidang pendidikan. Adik saya juga menjadi guru bangsa di bidang agama dan perubahan sosial. Namun, sampai saat ini saya sendiri belum tahu akan menjadi guru bangsa di bidang apa. Ya, itu keinginan saya, yang lain nggak pengen. Itu saja, mudah-mudahan berhasil.
Itulah sekelumit wawancara singkat "PR" dengan Gus Dur, dua puluh tahun yang lalu (A.M. Ruslan, Dari Hari ke Hari Percakapan dengan Sejumlah Tokoh, Granesia, 2000). Sejarah kemudian mencatat, sepuluh tahun kemudian (1999), Gus Dur dilantik sebagai Presiden RI yang ke empat. Bukan hanya sebagai guru bangsa, tetapi lebih dari itu.
Hari Rabu, 30 Desember 2009, K.H. Abdurrahman Wahid dipanggil Sang Khalik, sepuluh tahun setelah "Tokoh Kita Tahun 1989" menjadi presiden. Jasadnya disemayamkan untuk selama-lamanya di Pesantren Tebuireng, Jombang. Ribuan orang mengantarnya. Jutaan orang berselimut duka.
Selamat jalan guru bangsa, semoga benderang memelukmu di alam sana.***

Penulis, wartawan "PR" 1974-2004.
Opini Pikiran Rakyat 4 Januari 2009




Pengemis menjadi profesi pilihan bagi warga di salah satu desa di Kecamatan Tlanakan, Pamekasan. Pasalnya, hampir sebagian besar warga di desa ini dikenal sebagai pemalas. Sementara, kebutuhan hidup terus menghimpit mereka. Menurut pantauan Radar Madura, beberapa tempat seperti di depan toko - toko di Pamekasan, dijumpai pengemis yang menjulurkan tangan meminta belas kasihan dari orang yang berlalu lalang.

Dosen Fakultas Hukum Unira, Win Yuli Wardani, mengaku memiliki hasil riset seputar pengemis di Desa Branta, Kecamatan Tlanakan. Berdasar riset, Desa Branta memiliki penduduk sebanyak 2.210 jiwa. 60 persen (1.326 jiwa) diantaranya hidup di bawah garis kemiskinan. Sepuluh persen dari penduduk miskin di Branta (133 orang) berprofesi sebagai pengemis. Itu terjadi karena dihimpit kefakiran dan pantas diduga malas bekerja.

Dia menjelaskan, pengemis asal Branta mangkal di tempat yang didatangi banyak orang. Diantaranya, lokasi wisata Api Tak Kunjung Padam, pertokoan dan apotek. "Tetapi, tidak semua apotek memberikan izin pengemis mangkal di tempat tersebut," ujarnya dalam seminar pengemis di Pamekasan, Jumat (25/12)

Plt Sekkab Hadi Soewarso menegaskan, pemerintah masih akan memetakan pengemis di Pamekasan. Sebab, pemkab sulit melangkah jika tidak mengetahui secara pasti penyebab mereka mengemis. Dia tidak menampik penyebab mereka menjadi pengemis karena kemiskinan. "Tetapi bisa juga (mereka mengemis) karena SDM lemah," pungkasnya.



Belum hilang heboh foto syur siswi SMA, masyarakat Tasikmalaya kembali digegerkan beredarnya foto syur siswi SMP.
Beberapa foto yang beredar di internet memperlihatkan siswi tersebut berbuat tidak senonoh dengan seorang remaja. Yang memprihatinkan, itu dilakukan ketika keduanya masih mengenakan seragam.

Sepintas, badge pada seragam tersebut menunjukkan logo SMP 1 Tasikmalaya. Saat dikonfirmasi wartawan, Kepala SMP 1 Tasikmalaya Drs H Dadang Y. SH MPd menyatakan kaget dengan adanya foto-foto adegan syur tersebut. Dadang mengungkapkan baru mengetahui foto-foto tersebut saat ditunjukkan wartawan. ''Saya merasa kaget karena saya tidak pernah menerima pengaduan, baik dari orang tua, masyarakat, maupun anak,'' ujarnya kepada wartawan kemarin .

Dadang menandaskan, pihaknya belum bisa memastikan bahwa pelaku dalam foto tersebut adalah siswinya. Pihak sekolah masih akan menyelidiki untuk mengungkap kebenaran, apakah siswi yang melakukan adegan tersebut bersekolah di SMP 1 Tasikmalaya atau bukan.

Jika memang itu siswi SMP 1 Tasikmalaya, Dadang menegaskan bahwa pihak sekolah tidak akan bertanggung jawab. Sebab, adegan tersebut dilakukan sang siswi di luar lingkungan sekolah, walaupun faktanya masih menggunakan baju sekolah.

Selama ini, sambung Dadang, pihak sekolah sudah melakukan langkah-langkah preventif guna mencegah hal tidak baik seperti adegan tersebut. Salah satunya, membina mereka dengan pengajian selama 15 menit setiap akan memulai jam pelajaran.



Seorang ayah cabul di Pennsylvania, AS, ditangkap karena mengajak putri biologisnya berhubungan seks melalui pesan di Facebook.

Tersangka bernama John Forehand (39) menyebut dirinya "Bad Daddy" saat berkorespondensi dengan putrinya yang masih berusia 13 tahun. Polisi mengatakan, Forehand secara terbuka merayu dan mengajak putrinya berhubungan seks.

Lancester Online melaporkan, Forehand kepada putrinya mengatakan, dia mempunyai impian tidak pantas terhadap putrinya dan menulis, "Saya akan memperlakukan gadis kecil saya dengan sangat baik."

Fox News melaporkan, Forehand mengajak putrinya bertemu dan menjelaskan secara rinci tentang posisi berhubungan seks. Ia mengatakan, "Tidak banyak ayah dan putrinya berani, jadi mereka akan beruntung memiliki pengalaman menyenangkan ini."

Jaksa Agung Pennsylvania Tom Corbett mengatakan, gadis itu melaporkan pesan ayahnya kepada sang ibu yang kemudian meneruskannya kepada polisi. Polisi menangkap Forehand setelah mengatur skenario seolah-olah putrinya bersedia menemuinya. Ia ditangkap di tempat yang telah disepakati untuk bertemu putrinya pada 7 Oktober. Polisi menyita sebuah kamera, tripod, dan kotak berisi kondom dari mobil Forehand. (kompas.com)

Blog Archive

125x125= Rp. 35.000/month

www.smartbacklink.net/ www.smartbacklink.net/