We haven’t seen such an enormous outpouring of grief and sympathy for years as that following the death of former president Abdurrahman “Gus Dur” Wahid and former minister Franciscus Xavier Seda at the end of 2009.
This alone was testament to their greatness as leaders. Muslims and non-Muslims alike united in prayer for Gus Dur in cities across the country. Catholics in several cities prayed for Frans and Gus Dur.
How these two leaders, who were close friends, could pass away almost together (Gus Dur on the afternoon of Dec. 30, Frans less than 12 hours later) is a mystery. One can attribute it to a mere coincidence of health failures.


For one, it damped the festive spirit of New Year by turning New Year"s Eve parties into religious ceremonies. It was as if Gus Dur and Frans wanted the nation to usher in the New Year in a more subdued tone, in accordance with the myriad problems facing the nation.
Still the close timing of the departure of these two great leaders was like a painting from God.
Gus Dur, who died at 69, was a household name in the country, adored not just by Muslims but by non-Muslims too. His life exemplified one envisioned by our founding fathers. He was a modern Indonesian happy to embrace his compatriots regardless of their religious, ethnic or racial background or ideological leaning.
Frans was a leader to whom younger ministers would go for refuge and advice throughout his 83-year lifespan. His rich experience as a five-time minister in the Cabinets of Sukarno and Soeharto certainly qualified him for this role. Less visible in public than Gus Dur, his influence on the government never waned up to his last days.
Frans, who was close to all five presidents of Indonesia, was like a torch whose light kept on illuminating the ups and downs traversed by this nation.
The emotional outpouring and sympathy for the deceased are both human and to be commended.
Nevertheless, reading the eulogies, it is often hard to resist the picture of Gus Dur in shorts waving as he left the Presidential Palace in 2001.
He was ousted from the palace only two years into his presidency, following a decision by the People"s Consultative Assembly in an extraordinary session that ruled he was less than competent to serve as president.
Coming from a lineage of revered Muslim leaders and freedom fighters, Gus Dur"s life was like a rollercoaster compared to the relatively stable but no less colorful life of Frans. Like many of his compatriots, Frans was a freedom fighter during his student days.
When life was hard, he worked as a carter, carrying furniture for people moving house in Yogyakarta during the Dutch colonial era, and earning all of Rp 2.50 a day. Afterward, he departed for the Netherlands to study economics.
All in all, Frans’ life encompassed the Dutch and Japanese colonial eras and a good 64 years of an independent Indonesia.
If the past is any guide, eulogies, prayers and appeals to emulate the lives of the deceased will have little substance. Pick up names randomly from a list of this nation"s greats who have shuffled off this mortal coil, as the bard put it, to see just how short our memory is.
What is needed is to question ourselves over the past experiences these great men went through
that set them apart from their compatriots.
Dutch colonialism was evil, but its silver lining was the chance for people like Frans and Gus Dur to get acquainted with foreign culture. Until his death, Gus Dur was an aficionado of Western classical music and Frans once quipped that his stint in the Netherlands was one of the best experiences of his life.
Gus Dur, often seen as the champion of pluralism, died during a week when many churches were being guarded by security officers against possible attacks.
Frans left a nation struggling to unveil the multi-trillion-rupiah Bank Century fiasco that possibly had links to President Susilo Bambang Yudhoyono"s presidential campaign funding.
Corruption continues to dog the nation. In recent months it was laid bare that the National Police and the Attorney General"s Office had tried to frame the Corruption Eradication Commission (KPK).
So daunting is the scale of corruption that high-ranking police officers may have bank accounts with Rp 800 billion (US$80 million), as reported by this paper in November.
These were clear signs that the fight these two men fought for democracy, good governance and a more humane Indonesia is far from over.
After all the emotions have been vented for our loved ones, it may be good to ponder concrete actions translated into government policies. One would be to introduce into the national education curriculum the study of foreign language and literature, as well as comparative studies in religion. This is a far-fetched plan that may seem unrealistic today. It will be met with fierce resistance as it will require a fundamental reorientation on the part of the government, particularly the education ministry.
It is also very unlikely to happen under the current president, whose sheer obsession to protect his own public image is blinding.
Still, the fact was Gus Dur and Frans were introduced to foreign languages and cultures from a tender age. We have to emulate their lives by putting them in a system made available to young Indonesians. It is a work that will yield fruit after a very long time.
It is difficult to think of another approach. For the time being we will be wrangling with problems such as the banning of trumpets on New Year"s Eve or the stoning to death of adulterers.


Harry Bhaskara, The author is a staff writer at The Jakarta Post.
Opinion The Jakarta Post, January 5, 2010


Dunia perpolitikan nasional kembali digoyang isu skandal seks. Kali ini beredar video porno yang diperankan salah satu Calon Bupati Wanita.

Video tersebut dibuat pada awal tahun 2000-an sempat menghebohkan tanah air dengan tittle "belum ada judul". Si pelaku video mesum tersebut sangat mirip dengan Calon Bupati Wanita itu. Yang menguatkan kalau si wanita itu adalah sang Cabup saat dialog dalam video tersebut, si teman lelaki menyebutkan namanya dengan sangat jelas.

Selain itu, dari beberapa kata yang diucapkan oleh wanita yang diindikasikan Cabup tersebut beberapa kali terdengar kata-kata dengan dialek daerah yang akan menggelar pemilih Bupati itu.

Yang mengangetkan lagi, Cabup itu ternyata adalah salah satu calon yang diusung oleh salah satu partai terbesar di Indonesia. [mut]
Sumber: inilahcom



Kebiasaan mengorek-ngorek telinga lazim kita jumpai, baik dengan menggunakan batang korek api, tisu, lidi kapas khusus, cotton bud atau bahkan benda-benda kecil yang terbuat dari logam.

Apapun ceritanya, mengorek kuping itu dianggap kegiatan yang sangat mengasyikkan. Namun perlu diiingat bahwa mengorek kuping dengan cara yang tidak benar akan sangat berbahaya dan bisa berakibat fatal, apapun jenis bahan yang digunakan.

Parahnya lagi, masih banyak di antara kita yang memiliki kebiasaan mengorek-ngorek liang telinga dengan jari berkuku tajam. Tanpa disadari, akibat gesekan kuku jari tersebut dengan dinding saluran telinga luar akan menjadi peradangan yang tidak bisa dianggap sepele. Jika cukup berat maka akan menimbulkan semacam bisul atau jenis penyakit lainnya.

Pada dasarnya, bentuk telinga dirancang untuk mengantisipasi masuknya kotoran. Liang telinga yang bersudut membuat kotoran, seperti debu atau serangga, sulit menembus bagian yang lebih dalam. Di mana tugas menghalau kotoran, bisa berupa minyak maupun kotoran kering, juga dilakukan oleh kelenjar rambut yang terdapat di bagian depan setelah liang telinga. Di sini juga diproduksi getah telinga yang bernama serumen yang lebih kita kenal sebagai tai telinga atau getah. Tai telinga inilah yang akan menangkap kotoran dan dengan sendirinya membersihkannya.

Lantas, perlukah serumen dibersihkan dan bagaimana cara membersihkan kotoran kuping dengan benar dan aman? Membersihkan serumen secara terus-menerus apalagi sampai dihilangkan seluruhnya justru akan merugikan. Pada prinsipnya, telinga akan membersihkan dirinya sendiri. Biasanya serumen akan terbentuk sedikit demi sedikit, kemudian akan keluar sendiri pada waktu mengunyah dengan membawa serta berbagai kontaminan yang terperangkap bersamanya. Setelah sampai di luar lubang telinga, serumen akan hilang menguap oleh panas. Namun, kondisinya mungkin berbeda pada setiap orang, bergantung pada banyaknya produksi serumen.

Dokter berpendapat, dalam keadaan serumen yang sangat berlebihan sekalipun penggunaan lidi kapas atau cotton bud atau yang sejenisnya tidak dapat dibenarkan. Kalaupun menggunakannya, itu hanya terbatas untuk membersihkan bagian luar lubang telinga, bukan untuk mengoreknya. Namun akan lebih baik bila melakukan kunjungan rutin ke klinik THT untuk membersihkan telinga, dari pada membersihkannya sendiri.

Dia mengatakan, banyak orang sering salah kaprah menyangka tai kuping sebagai kotoran. Padahal fungsinya sangat penting untuk membersihkan kotoran yang masuk. Karena secara alamiah, kotoran yang masuk akan kering dan keluar sendiri. Dengan begitu Tai kuping tidak perlu dibuang, kecuali jika menggumpal dan menyumbat liang telinga sehingga menghalangi masuknya gelombang suara ke telinga dalam. Apalagi dalam kadar normal, tahi telinga hanya menutupi permukaan dinding telinga. Jika dibersihkan, getah akan diproduksi lagi, begitu seterusnya. Maka sebaiknya telinga tidak perlu dibersihkan dengan cara dikorek, apalagi sampai ke telinga dalam. Cukup bersihkan bagian luar saja, yaitu daun dan muara liang telinga.

Dengan mengorek telinga, kita justru mendorong serumen ke celah sempit pada bagian dalam telinga, tempat di mana seharusnya serumen tidak terbentuk. Akibatnya serumen akan terjebak dan terakumulasi hingga akhirnya menyebabkan sumbatan pada lubang telinga. Sumbatan tersebut akan menghalangi hantaran gelombang suara ke gendang telinga, sehingga pendengaran akan terasa berkurang. Selain itu, gejala akibat sumbatan serumen dapat pula berupa rasa nyeri pada telinga.

Mengorek telinga juga bisa mengakibatkan perbenturan, sebab telinga bentuknya bersudut. Perbenturan ini akan mengakibatkan pembengkakan atau perdarahan. Di mana, pengorekan yang terlalu keras atau dalam bisa mengakibatkan trauma, ditambah dinding telinga akan mudah berdarah. Masih ada lagi, mengorek telinga juga bisa membuat kolaps bahkan kematian.

Untuk mengeluarkan kotoran telinga, Dokter menganjurkan untuk tidak menggunakan cotton bud atau korek kuping untuk membersihkan telinga. Soalnya kita tidak tahu daerah mana saja yang boleh dibersihkan. Bila dilakukan dengan cara sembrono, bisa jadi gendang telinga akan terluka dan mengakibatkan ketulian atau rusaknya pendengaran secara permanen.

"Untuk mengeluarkan kotoran telinga, dokter biasanya mengunakan pengait atau sendok serumen atau cerumen spoon yang terbuat dari logam. Bila kotoran telinga lunak, akan diisap dengan pompa vakum atau dengan menyemprotkan air hangat ke dalam liang telinga. Bila tidak berhasil karena kotoran keras, dokter akan meminta pasien meneteskan obat tetes selama beberapa hari untuk memudahkan pengambilan kotoran tersebut. Tapi biasanya dokter akan meneteskan sekitar tiga puluh persen H202 dan membiarkannya selama lima belas menit atau setengah jam. setelah itu barulah kotoran disedot pakai saction atau alat sedot," ujarnya.

Kalau tindakan membersihkan liang telinga yang tidak benar terjadi, maka akan mengakibatkan penyumbatan. Bahkan dapat mengakibatkan bagian tengah liang telinga menyempit dan luka sehingga timbul rasa nyeri dan infeksi. Hal ini dapat terjadi, sekalipun hanya karena gesekan cotton bud, luka pada kulit liang telinga yang terjadi pada saat kotoran tersebut bergerak. Dan hal terburuknya bila benda yang digunakan masuk terlalu dalam dan tertinggal, sehingga menembus atau merobek gendang telinga yang berfungsi menerima getaran gelombang suara.

Karena itu, lanjutnya memberi saran, membersihkan telinga tidak perlu dilakukan. Bila kotoran terasa penuh dan banyak, sebaiknya minta bantuan dokter spesialis dan usahakan tidak membersihkan sendiri. Pasalnya, selain kita tidak tahu seberapa dalam mengorek liang telinga, mungkin kotoran justru akan semakin terdorong ke dalam.

"Kalaupun telinga terasa gatal, sebaiknya dibiarkan saja. Karena gatal pada telinga tidak berarti telinga kita kotor. Bila telinga terasa gatal adalah hal yang wajar. Kalau kotoran sudah terlanjur atau telah mengeras di dekat gendang telinga, segera periksa ke dokter ahli THT. Biasanya dokter akan memberikan obat tetes telinga atau karbol gliserin 10 persen untuk memecahkan kotoran tersebut. Setelah itu kotoran yang sudah pecah disemprot atau dikorek keluar. Sementara infeksi yang barangkali timbul lantaran iritasi kotoran itu diatasi dengan memberikan obat antibiotika," terangnya.



Poppy Bunga didukung keluarga Jadi PSK, Meski awalnya sempat ditentang, aktris muda Poppy Bunga akhirnya mendapat dukungan dari orang tua (ortu) dan pacarnya untuk menjadi pekerja seks komersial (PSK) dalam film Bidadari Jakarta.

""Awalnya mereka melarang keras. Tetapi dengan niat aku, akhirnya mereka mendukung," kata Poppy saat ditemui usai premiere film Bidadari Jakarta EX, Jl. Sudirman, Jakarta Pusat, kemarin (4/1). Dalam film yang mengharuskan Poppy beradegan ciuman ini sempat juga mendapatkan larangan dari pacarnya, Meidian Muladi Fasha.

""Awalnya, pacar aku tidak mengizinkan. Tetapi, aku jelaskan sama dia kalau aku ingin kerja profesional dan di situ aku kerja sebagai Ulin bukan Poppy," terangnya.
Kemudian, Meidian mengaku tidak mau menonton film yang dibintangi pacarnya itu. Dia tidak kuat, melihat Poppy dipegang-pegang pria lain. ""Dia mau lihat kalau sudah turun di bioskop dan televisi," ungkapnya.

Poppy mengaku, ia butuh waktu lima hari untuk mempelajari skenario film tersebut. Untuk menguatkan perannya, Poppy pun sempat melakukan observasi dengan bertemu Ulin, PSK yang digambarkan dalam cerita tersebut. Bahkan, dia juga belajar mengucapkan kata-kata yang jorok.

""Aku banyak ngobrol sama dia, aku juga banyak-banyak ngaca di rumah. Sok-sok yang merokok, aku coba ngerokok meski sampai batuk-batuk," terangnya.
Usai melihat film tersebut diputar, Poppy mengaku deg-degan. Karena, film ini adalah film pertamanya. ""Aku berusaha siapkan mental kalau ada yang kritik," jelasnya.



Jika saja Ashley Samson mau menerima uang tutup mulut dari tim Tiger Woods, agar skandal seks memalukan sang pegolf nomor satu dunia ini tidak mencuat ke permukaan, bisa saja, Tiger Woods tidak akan malu seperti ini.

Tapi sayangnya, uang senilai 150.000 pound atau Rp 2,29 miliar tidak membuat Ashley Samson silau dan wanita yang mengungkap skandal seks Tiger Woods ini bakal kaya mendadak.

Ashley Samson, seperti dilansir dari The Sun, mengklaim jika hostess Rachel Uchitel melakukan perselingkuhan dengan Woods, yang pada akhirnya diketahui istrinya, Elin Nordegren dan membuat kecelakaan tunggal pegolf berdarah Thailand tersebut.

Tidak hanya satu wanita saja, melainkan ada setidaknya 14 wanita yang dikabarkan sempat ‘tidur’ dengan pegolf berusia 34 tahun tersebut.

Dalam wawancara pertama sejak skandal ini mencuat, November silam, Samson mengatakan dia berharap bisa mengambil ‘uang tutup mulut’ tersebut.

"Mungkin lebih bagus jika berakhir seperti apa yang terjadi sekarang, sebuah skandal seks terbesar," akunya.

Ashley Samson mengatakan dirinya mulai mengingatkan Uchitel ketika tengah berlibur bersama di Marbella, Spanyol.

"Dia menelpon Tiger pada tanggal 27 bulan Juli. Reaksi saya kala itu,"Saya tidak mempercayai hal itu," imbuh Ashley Samson.

Uchitel sendiri membantah telah melakukan perselingkuhan dengan Tiger Woods, namun pada akhirnya meminta maaf pada Ellin Nordegren.


Adnan Topan Husodo
(Wakil Koordinator ICW)


Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya Satgas Pemberantasan Mafia Hukum yang dikomandoi Kuntoro Mangkusubroto secara resmi dibentuk.

Tugas utama Satgas adalah melakukan koordinasi, evaluasi, dan koreksi atas kerja-kerja penegakan hukum yang dilaksanakan oleh KPK, kepolisian, dan kejaksaan. Satgas sendiri dibentuk sebagai respons atas terkuaknya skandal Anggodo dengan pejabat teras di Mabes Polri dan Kejaksaan Agung RI yang kedapatan telah bersekongkol untuk melakukan rekayasa hukum terhadap dua pimpinan KPK, Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah. Dilihat dari sisi teamwork, mungkin hanya segelintir nama yang telah memiliki reputasi atau pengalaman dalam isu reformasi hukum, sebut saja, misalnya, Mas Achmad Santosa. Selebihnya, Kuntoro sendiri sebagai contoh, adalah pribadi yang dilihat dari rekam jejaknya, lebih banyak bersentuhan dengan bidang-bidang nonhukum. Tak heran jika ada yang menilai, tampilnya Kuntoro sebagai ketua Satgas lebih karena politik akomodasi Presiden, sekaligus politik balas-budi pasca kemenangan gemilang pada pemilu Presiden-Wakil Presiden kemarin.

Oleh karena itu, tak heran jika banyak yang meragukan efektivitas kerja kerja Satgas ke depan, di luar soal kompetensi, hal lain adalah karena posisi dan wewenang Satgas sebenarnya telah berbenturan atau tumpang tindih dengan lembaga sejenis yang sudah dibentuk. Dalam konteks itu, seharusnya SBY fokus pada upaya untuk merevitalisasi institusi pengawasan peradilan yang dari sisi landasan hukum jauh lebih kuat, semisal Komisi Kepolisian, Komisi Kejaksaan, atau bahkan Komisi Yudisial. Demikian halnya KPK, memiliki tugas untuk memberantas korupsi yang melibatkan aparat penegak hukum sebagaimana diatur dalam pasal 11 UU No 30 Tahun 2002 tentang KPK.

Mengapa mandul?
Kita tentu tidak berharap jika program pemberantasan mafia hukum sebagai prioritas kerja 100 hari Kabinet Bersatu jilid II akan menjadi pepesan kosong. Atau, bahkan yang lebih menyedihkan jika kebijakan itu disusun hanya untuk memoles citra seorang Presiden supaya terkesan serius dalam memberantas korupsi. Perlu dicatat bahwa naiknya Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia selama dua tahun berturut-turut, yakni 2008 dan 2009 lebih banyak dinilai karena faktor sepak terjang KPK. Artinya, jika selama ini pemerintah serius dalam memberantas korupsi dan semua institusi pemerintah menjalankan program antikorupsi, seharusnya IPK Indonesia akan meningkat signifikan, lebih daripada yang sekarang sudah dicapai.

Menengok catatan Kejaksaan Agung sebagai contoh, sudah beberapa kali skandal besar yang terkait dengan praktik mafia peradilan terungkap. Sejak Urip Tri Gunawan (UTG) ditangkap basah KPK karena menerima suap dari Ayin, AH Ritonga, wakil Jaksa Agung yang berkomunikasi dengan Anggodo menutup periode terburuk dari integritas penegak hukum sejak reformasi didengungkan. Belum lagi kasusnya akan bertambah jika dimasukkan nama jaksa Esther yang telah menjual barang bukti, atau Burdju Ronni yang telah divonis Pengadilan karena melakukan pemerasan akan tetapi tetap menjadi pegawai di lingkungan Kejaksaan Agung.

Maraknya praktik mafia peradilan di lingkungan lembaga peradilan sekaligus mencerminkan gagalnya lembaga pengawas semacam Komisi Kejaksaan atau Komisi Kepolisian. Masalahnya, komisi-komisi semacam ini lahir dan diisi oleh orang-orang dari sebuah rekrutmen yang buruk sekaligus wewenang yang terbatas.

Diagnosa partisipatoris
Supaya kekhawatiran banyak pihak atas efektivitas kerja Satgas tidak terbukti, tim ini harus melakukan langkah cepat sekaligus strategis. Karena medan arena pertempurannya cukup luas, dimana kejahatan mafia hukum melibatkan banyak aktor dan berada pada banyak struktur penegak hukum kita, maka Satgas perlu mengambil strategi untuk membenahi pusat-pusat kewenangan penegakan hukum yang tertinggi, sebut saja di Kejaksaan Agung dan Mabes Polri. Artinya, Satgas tidak perlu menengok terlalu jauh hingga ke Kejaksaan Negeri atau Polsek di tingkat kepolisian dalam menjalankan misi memberantas mafia peradilan. Logikanya, jika lingkungan Kejaksaan Agung dan Mabes Polri sudah relatif steril dari relasi-relasi koruptif dengan pihak luar, maka membenahi struktur di bawahnya akan menjadi lebih mudah.

Selain itu, Satgas tidak perlu berkecimpung terlalu jauh pada penanganan perkara-perkara mafia peradilan yang dilaporkan pihak tertentu. Cukuplah wilayah itu dikoordinasikan dengan KPK, Komisi Kejaksaan, Komisi Kepolisian, atau Komisi Yudisial. Satgas akan menjadi lebih efektif jika berfokus pada tiga hal yang akan sangat menentukan berhasil atau tidaknya misi Satgas, yakni bagaimana Satgas sanggup mendiagnosis secara komprehensif sistem koruptif yang bekerja di internal lembaga penegak hukum, struktur yang mempertahankan praktik mafia peradilan serta memastikan bahwa agensi di lingkungan penegak hukum memiliki kemauan untuk berbenah.

Robert Klirgaard, salah seorang penasihat antikorupsi internasional menawarkan sebuah pendekatan dalam melakukan diagnosis untuk memulai melakukan perubahan di lingkungan pemerintahan. Klitgaard menyebutnya sebagai diagnosis partisipatoris.

Asumsinya, korupsi yang sudah sistemik bukan semata-mata disebabkan oleh perilaku individu yang menyimpang, melainkan sistem yang berlaku membuka ruang atau bahkan menyuburkan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Di sisi lain, orang-orang yang bekerja di instansi pemerintah memiliki pengetahuan dan informasi yang akurat atas berbagai bentuk penyimpangan yang biasa terjadi.

Selain mendiagnosis secara partisipatoris sebab berjangkitnya mafia peradilan, Satgas juga perlu menilai integritas dan kapasitas struktur yang selama ini menjalankan roda birokrasi penegakan hukum. Memetakan siapa-siapa yang bisa diajak untuk mendorong perubahan dan siapa-siapa yang tetap ingin mempertahankan status quo merupakan pekerjaan rumah selanjutnya.

Selebihnya, jika Satgas menghadapi kendala besar di internal Kejaksaan Agung dan Mabes Polri untuk melakukan upaya reformasi, cukuplah semua itu dilaporkan ke Presiden sehingga Presiden bisa mengambil langkah politik yang diperlukan. Kita berharap Satgas tidak terlalu banyak merumuskan agenda kerja, akan tetapi kosong pada impelementasi.

Opini Republika 5 Januari 2010

Menteri Agama Repu-blik Indonesia pada Upacara Peringatan Hari Amal Bhakti (HAB) Departemen Agama ke-46 yang dilaksanakan pada tanggal 4 Januari 2010 mengharapkan ulang tahun ini dimaknai sebagai upaya untuk mengaktualisasikan cita-cita dan nilai-nilai perjuangan yang diwariskan oleh para perintis dan pendiri Departemen Agama (Depag).
Sesuai tema peringatan Hari Amal Bhakti Departemen Agama tahun ini, yaitu Mewujudkan Bangsa Berakhlak Mulia Menuju Negara Sejahtera, ia berpesan bahwa sebagai bangsa yang besar, selain diperlukan kemajuan bidang fisik dan intelektual, juga diperlukan kemajuan di bidang akhlak atau moral.
Bersamaan dengan upaya meningkatkan kualitas akhlak mulia tersebut, Departemen Agama juga harus meningkatkan kualitas dan profesionalisme melalui kreasi-kreasi inovatif dan positif dalam pelayanan kepada umat dan masyarakat, menumbuh kembangkan semangat pembaharuan untuk merespon dinamika permasalahan kehidupan berbangsa yang sangat dinamis.


HAB Departemen Agama yang ke-64 tahun ini dapat dijadikan pemacu untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, tata kelola yang akuntabel dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan sosial, demi meningkatkan kesejahteraan umat dan bangsa.
Satu peran Departemen Agama yang selalu dikembangkan di sepanjang sejarahnya yaitu menjaga integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam konteks berkembangnya isu-isu keagamaan. Isu-isu ini telah berulangkali mengganggu harmoni kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Peran ini sampai saat ini diperankan secara konsisten (tentu ada pasang surut kualitasnya) dengan baik oleh Depertemen Agama. K A Wahid Hasyim, Menteri Agama RI pertama dan salah satu di antara 60 anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan (PPKI) bersama Soekarno, M Hatta, M Yamin, A Subardjo, AA Maramis, A Kahar Muzakir, H Agus Salim, dan Abikusno Tjokrosuyoso yang menghasilkan dokumen berisikan tujuan dan maksud pendirian negara Indonesia merdeka yang dikenal dengan Piagam Jakarta, telah memerankan dengan sangat baik fungsi ini.
Ide-ide dasar yang diletakkan KH Wahid Hasyim antara lain, pertama, pengembangan jiwa toleransi yang tinggi terhadap perbedaan paham dan bersikap proporsional dalam menyikapi setiap persoalan yang dihadapi. Kedua, penguatan kepedulian terhadap peningkatan kualitas hidup umat Islam; dan ketiga, sikap kritis yang sangat kuat bahkan menyangkut sikap umat Islam sendiri.

Agenda utama
Wahid Hasyim juga memiliki andil yang besar terhadap negara dan bangsa ini. Pertama, peranannya dalam memobilisasi para kiai pada masa penjajahan Jepang, sehingga mereka terlibat dalam kegiatan-kegiatan politik - suatu hal yang tidak pernah terjadi pada masa penjajahan Belanda. Kedua, peranannya pada awal kemerdekaan dimana ia turut menyelamatkan persatuan bangsa dari perpecahan mengenai eksistensi syariat Islam dalam konstitusi RI.
Ketiga, membangun dan mengembangkan Kementerian Agama (sekarang Departemen Agama) sehingga dapat menjadi kementrian yang sejajar dengan kementerian yang lain. Agenda itu rasanya masih cukup relevan untuk terus dikembangkan. Peran semacam ini telah berhasil pula diperankan oleh para menteri agama lainnya. Di antara yang menonjol secara konseptual maupun kebijakan adalah Alamsyah Ratu Prawiranegara dan Munawir Syadzali. Peran itu pula yang diwariskan mantan presiden ke-4 Republik Indonesia, Abdurrahman Wahid, yang baru saja wafat 30 Desember 2009 lalu.
Sampai saat ini agenda itu masih sangat signifikan untuk terus dikumandangkan. Isu radikalisasi agama, ketegangan dan konflik antar umat beragama dan perbedaan (untuk tidak mengatakan pertentangan) dalam melakukan interpretasi teks-teks keagamaan masih menjadi persoalan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Departemen Agama memikul tanggungjawab untuk turut menyelesaikan persoalan tersebut. Pikiran dan sikap bernegara yang ditampilkan KH. Wahid Hasyim maupun yang diperjuangkan Gus Dur tentang toleransi, pluralism, dan menghormati bahkan pemihakan kepada kelompok-kelompok minoritas merupakan agenda penanaman nilai humanisme yang menjadi misi utama agama-agama, tentu saja tidak lepas dari dalamnya Departemen Agama.
Departemen Agama sekarang ini dihadapkan pada tiga agenda dan persoalan penting yang ditunggu masyarakat untuk diselesaikan. Pertama, problem akuntabilitas kinerja, baik yang berkenaan dengan kebijakan birokrasi maupun kebijakan teknis lainnya, seperti penyelenggaraan haji, pengadaan pegawai, maupun kinerja proyek lainnya.Hal ini akan berkait dengan kepercayaan masyarakat (public trust) terhadap kinerja lembaga ini.
Semakin ditunda penyelesaian persoalan yang ada, maka semakin terkikis pula kepercayaan publik kepada Departemen Agama. Kedua, turut menjaga integrasi nasional terkait isu-isu keagamaan, baik berkaitan dengan radikalisasi agama maupun munculnya paham sempalan yang menggejala di negeri ini.
Ketiga, kontribusi Departemen Agama dalam mengembangkan sumber daya manusia (SDM) pembangunan. Departemen Agama memiliki arena pengembangan SDM yang sangat luas, mulai dari sekolah formal, pesantren, sampai majelis taklim (lembaga kemasyarakatan keagamaan lainnya) di tingkat komunitas masyarakat.
Peran-peran ini sangat signifikan bagi upaya pembangunan masyarakat beragama sebagai bangsa. Pendekatan yang humanis, partisipatif, dan berkeadilan akan menggeser perdebatan agama sebagai masalah sosial ke arah agama sebagai instrumen transformasi sosial. Selamat Hari Amal Bhakti ke-46 Departemen Agama, bangsa ini menantikan dharma bhaktimu. -

Oleh : A Hafidh Kandidat Doktor Hukum Islam Kepala P3M STAIN Surakarta
Opini Solo Pos 5 Januari 2010


Posisi Bercinta Untuk Penis Kecil, Jika UKURAN alat genital menjadi salah satu hal terpenting bagi pria untuk mendapatkan kualitas seks dengan pasangannya. Bahkan pada sebagian pria, mereka meyakini bahwa ukuran Mr P akan mempengaruhi orgasme saat berhubungan intim.

Dengan memikirkan ukuran Mr P yang tidak sesuai keinginan, justru menimbulkan perasaan kurang percaya diri seorang pria sehingga membuat mereka sering memikirkan hubungan seks yang dilakukannya dengan pasangan kurang memuaskan.

Bahkan tanpa ragu-ragu kaum adam mecoba untuk melakukan berbagai cara agar ukuran dan bentuk Mr P dapat sesuai keinginannya tanpa memikirkan efek samping yang dapat mempengaruhi kehidupan seks mereka dengan pasangannya.

Padahal jika pria tersebut menikmati hubungan intim yang dilakukan, bukan mustahil mencapai orgasme super dahsyat tanpa sempat memikirkan organ seks. Anda dan pasangan pun tetap dapat merasakan sensasi kenikmatan bercinta dengan berbagai posisi yang diinginkan.

Nah, untuk membantu Anda dan pasangan merasakan sensasi kenikmatan bercinta tanpa harus memikirkan ukuran Mr P, Askmen memberikan bocorannya.

Posisi misionaris

Posisi ini dipercaya dapat membantu Anda dan pasangan dapat merasakan nikmatnya sensasi bercinta. Sebelum memulai posisi ini, maka sebaiknya lakukan foreplay lebih lama dan mulailah untuk menikmati setiap menit "permainan" yang sedang berlangsung.

Doggy style

Meski sebagian besar wanita enggan melakukan gaya bercinta doggy style, namun tak ada salahnya untuk Anda mencoba menerapkan posisi ini pada pasangan.

Cukup fokuskan pikiran kalian berdua dan tanyakan pada pasanganmu apakah dia menyukai posisi ini atau tidak. Bila tidak, kalian bisa mencoba posisi lain yang lebih menantang.

Posisi duduk di atas pangkuan pria

Kali ini Anda dan pasangan bisa bercinta di atas ranjang atau kursi. Kedua media tersebut dapat digunakan sebagai pelengkap dalam "permainan" seks yang kalian lakukan.

Untuk memulai gaya ini, posisikan tubuh pasanganmu tepat di atasmu. Dengan posisi seperti ini dijamin penetrasi langsung dengan alat genitalnya lebih terasa, sehingga Anda dan pasangan akan merasakan sensasi luar biasa yang tiada tara.


Dewi Persik Di Pegang Dadanya Diam Aja, Dewi Persik memiliki nama Dewi Murya Agung, terlahir di Jember, Jawa Timur 18 Desember 1985. Ia adalah seorang penyanyi dangdut yang melejit lewat goyang gergaji, yaitu goyangan yang mirip gerakan gergaji yang maju-mundur. Nama Persik sendiri diberikan oleh manajernya, yang berharap karirnya bersinar seperti buah persik, yaitu buah asal China yang dianggap pembawa keberuntungan.

Selain memang puteri pasangan H.Mochammad Aidil dan Hj. Sri Muna itu juga mempunyai darah keturunan Cina dari neneknya. Lagu Dewi di antaranya berjudul Bintang Pentas, selain juga membintangi sinetron MIMPI MANIS, yang sountrack cukup dikenal masyarakat. Dewi sendiri adalah istri penyanyi dangdut Syaiful Jamil, yang menikahinya pada 26 Juni 2005. Meski beberapa saat lalu nyaris bercerai, kini keduannya kembali rujuk

Inilah Poto - Poto Dewi Persik saat DiPegang Dadanya diam Aja:






Mau tau bagaimana mereka mendapatkan kekayaannya?

1. Bill Gates

Setelah kehilangan $ 18 miliar, Bill Gates masih mempunyai kekayaan bersih $ 40 miliar. Bill Gates adalah seorang self-made miliarder, menghasilkan uang sebagai pengusaha. Gates perintis awal salah satu sistem operasi disk dan memulai sebuah perusahaan software dengan beberapa teman-temannya, Microsoft. Gates membuat kesepakatan dengan IBM untuk sistem operasi sebesar $ 50.000. Karena ia tidak mentransfer hak cipta IBM, ia dapat melanjutkan berbisnis dari sistem MS-DOS sebagai kloning sistem vendor perangkat keras lainnya. Gates telah dituduh praktek bisnis buruk di masa lalu, dan baru-baru ini terlibat dalam proses anti-trust di Uni Eropa, tapi tidak ada yang bisa menyangkal keberhasilan Microsoft. Gates sekarang ini banyak menyediakan uang dan waktu pada upaya filantropis, melalui Bill dan Melinda Gates Foundation.

2. Warren Buffett
Salah satu investor paling terkenal di dunia. Setelah kehilangan $ 25 miliar, kekayaan bersihnya sekarang sekitar $ 37 miliar. Sebagian besar kekayaannya adalah self-made, datang dari sebuah perusahaan tekstil, Berkshire Hathaway. Ketika Buffett membeli Berkshire, dia menghabiskan beberapa tahun transisi ke perusahaan induk. Kemudian ia mulai menggunakannya untuk membeli bisnis lain. Buffett dikenal karena naluri bisnis, investasi kecerdasan, dan obsesinya dengan memeriksa ke perusahaan mereka sebelum membuat keputusan membeli. Berkshire memiliki saham di GEICO, Dairy Queen, See"s Candy, Coca-Cola, Wells Fargo dan banyak perusahaan terkenal lainnya.

3. Carlos Slim Helu
Bersama dengan keluarganya, Carlos Slim Helu adalah orang terkaya di Amerika Latin. Ia mempunyai $ 35 miliar, bahkan setelah kehilangan $ 25 miliar. Slim juga merupakan self-made miliarder. Ia memiliki sejarah yang menarik. Meskipun dia tinggal di Mexico City, ia adalah anak seorang imigran dari Lebanon (nama asli ayahnya Salim). Ia belajar teknik, dan menghasilkan uang di industri telekomunikasi. Ia pemimpin dalam kelompok investor yang membeli dua perusahaan telepon dari pemerintah Meksiko pada tahun 1990. Kepemilikannya beragam termasuk real estate, teknologi, minyak, gas dan bahkan saham di The New York Times Company. Kekayaan Slim bernilai kurang lebih sama dengan 2% dari output ekonomi dari seluruh negara Meksiko.

4. Lawrence Ellison
Kekayaannya bernilai $ 22.5 miliar. Ia dilahirkan di Bronx, Ellison diadopsi dan dibesarkan oleh ibu bibi dan pamannya di Chicago"s South Shore. Ayah angkat Ellison kehilangan kekayaan real estat kecil pada masa Great Depression. Seperti Bill Gates, Ellison putus sekolah. Ia menghasilkan uang dari desain perangkat lunak. Proyek database-nya untuk CIA, sebagai bagian dari Ampex Corporation, disebut Oracle. Ia mendirikan perusahaannya sendiri dengan hanya menggunakan $ 2.000, dan tumbuh menjadi salah satu pemimpin industry.

5. Ingvar Kamprad
Ingvar Kamprad adalah pengusaha Swedia (kekayaan bersih senilai, $ 22 miliar). Kamprad adalah anak dari petani Swedia. Salah satu pekerjaan pertamanya adalah menjual kartu, korek api, pena dan ikan dengan naik sepeda. Akhirnya, ia mulai menjual furnitur. Lama kemudian, ia membuka toko furnitur sendiri, Ikea. Singkatan dari nama pertama dan nama belakang, nama pertanian keluarga, dan desa terdekat. Merek mebelnya dikenal dengan harganya yang terjangkau dan bergaya modern.

6. Karl Albrecht
Ia adalah orang terkaya di Jerman, dengan kekayaan bersih $ 21.5 miliar. Ibunya mempunyai toko kecil di Jerman. Namun, setelah Perang Dunia II, Albrect, bersama dengan saudaranya Theo merubah toko menjadi Aldi. Sekarang, Aldi dikenal toko dengan harga diskon belanjaan. Albrecht dan saudaranya membagi kepemilikan toko. Albrecht mengambil hak atas merek untuk Amerika Serikat, Inggris dan Australia, serta bagian selatan Jerman.

7. Mukesh Ambani
Mukesh Ambani, bersama dengan saudaranya, mewarisi konglomerat Reliance, salah satu perusahaan yang paling berharga di India, setelah kematian ayah mereka. Kekayaan Ambani bernilai sekitar $ 19.5 miliar, dan merupakan orang terkaya di negara India.

8. Lakshmi Mittal
Sebagai imigran India ke Inggris, Mittal adalah orang terkaya yang tinggal di Britania Raya. Mittal mewarisi banyak kekayaan, bekerja dalam bisnis pembuatan baja keluarganya. Ia mendirikan perusahaan sendiri, Mittal Steel, dan telah agresif dalam mengembangkan prospek bisnisnya. Setelah pengambilalihan, perusahaan menjadi ArcelorMittal, dan merupakan perusahaan baja terbesar di dunia. Kekayaannya $ 19.3 milyar.

9. Theo Albrecht
Seperti kakaknya, Karl, Theo Albrecht termasuk orang terkaya dengan kekayaan senilai $ 18.8 miliar. Ia memiliki hak merek toko diskon Aldi di bagian utara Jerman dan di seluruh Eropa, kecuali Great Britain.

10. Amancio Ortega
Kekayaan bersihnya senilai $ 18.3 miliar. Ayahnya seorang pekerja rel kereta api, dan Ortega bekerja di sebuah toko baju di Spanyol. Lalu ia dan istrinya mulai membuat pakaian mereka sendiri. Mereka menciptakan desain chic. Dan membentuk sebuah perusahaan bernama Inditex, hingga akhirnya terdapat lebih dari 4.000 toko di seluruh dunia. Ortega juga mempunyai merek fashion murah, Zara. Kekayaan Ortega juga tumbuh karena investasinya di real estat, pariwisata, gas dan bank.


Tahun 2009 patut dicatat sebagai salah satu tahun tersibuk bagi bangsa dan negara Indonesia. Berbagai perhelatan besar telah dilakukan. Presiden dan wakil presiden, anggota DPR, anggota DPD, dan anggota DPRD periode 2009â€"2014 telah terpilih.

Tahun 2009 juga ditandai hiruk-pikuk kasus Bank Century yang banyak menyedot tenaga dan pikiran para pemimpin nasional. Berbagai hal tersebut ternyata cukup mengganggu konsentrasi pemerintah untuk melakukan reformasi birokrasi secara serius. Tulisan ini mencoba untuk merefleksi gagasan dan implementasi reformasi birokrasi selama 2009 serta perspektif untuk tahun 2010.

Besar Wacana daripada Implementasi

Sulit untuk mengukur sejauh mana sebenarnya agenda reformasi birokrasi telah berhasil dicapai tahun 2009. Sebagai sebuah perubahan, strategi reformasi birokrasi di Indonesia tampaknya berjalan secara zig-zag, sambil lalu, dan tidak memiliki ketegasan agenda yang harus dilakukan dan tujuan yang akan dicapai. Secara legal-formal sebenarnya Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara telah menerbitkan Permenpan No 15/2008 tentang Pedoman Umum Reformasi Birokrasi yang menjadi dasar pelaksanaan reformasi birokrasi.

Meskipun secara resmi ada 3 agenda besar yang akan dicapai meliputi perubahan organisasi, proses bisnis dan sumber daya manusia aparatur, yang sangat mengemuka dalam pelaksanaan reformasi birokrasi saat ini adalah reformasi tunjangan kinerja. Karena itu target 2011 untuk merampungkan reformasi birokrasi di tingkat pusat dan di daerah sejatinya hanya terfokus pada sumber daya aparatur negara dan secara lebih khusus pada reformasi tunjangan kinerja. Reformasi birokrasi yang telah dilakukan secara parsial di Departemen Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan, dan Mahkamah Agung belum dapat dikatakan sebagai suatu keberhasilan strategi reformasi birokrasi.

Ada sejumlah persoalan yang harus segera dijawab. Pertama, reformasi birokrasi yang saat ini terjadi hanya dipahami sebagai reformasi tunjangan kinerja. Banyak kementerian dan lembaga pemerintah nonkementerian (LPNK) yang saat ini bersiap-siap untuk dijadikan sebagai bagian dari agenda tersebut hanya berorientasi pada upaya mendapatkan tunjangan kinerja. Hal ini tidak diikuti dengan kesadaran penuh tentang hakikat dan pentingnya melakukan reformasi birokrasi. Dengan kata lain belum terjadi perubahan paradigma, budaya, dan cetak pikir dari birokrasi pemerintahan tentang kedudukan dan fungsi birokrasi yang seharusnya.

Bahkan sering kali dokumen rencana reformasi birokrasi kementerian dan LPNK lebih banyak disiapkan oleh konsultan dan tidak melibatkan secara penuh seluruh pemangku kepentingan internal. Kekhawatiran yang mungkin muncul adalah naiknya tunjangan kinerja yang tidak diikuti dengan perubahan budaya kinerja. Kedua, reformasi birokrasi yang dilakukan secara parsial di sejumlah kementerian dan LPNK telah menimbulkan kecemburuan pada kementerian dan LPNK lain yang belum menerima tunjangan kinerja. Sangat dapat dipahami munculnya kecemburuan tersebut karena semua sektor pemerintahan pada dasarnya merupakan sebuah sistem dan tidak bisa dibeda-bedakan dalam hal tunjangan kinerjanya.

Memang pemerintah memiliki keterbatasan anggaran sehingga reformasi tunjangan kinerja dilakukan secara bertahap. Namun sebagai perubahan yang terencana, sebenarnya persoalan kecemburuan ini dapat diatasi dengan menyusun agenda reformasi yang lebih baik. Ketiga, reformasi birokrasi di Departemen Keuangan, BPK, dan MA belum dievaluasi hasilnya. Reformasi birokrasi tidak boleh hanya menjadi proses tanpa ada hasil.

Jika pemerintah berkeinginan untuk melanjutkan agenda reformasi birokrasi dengan strategi parsial ini, pemerintah harus melakukan evaluasi secara menyeluruh atas kebijakan reformasi birokrasi yang telah dilaksanakan di sejumlah lembaga tersebut. Pertanyaan yang harus dijawab adalah apakah reformasi birokrasi didukung oleh seluruh pemangku kepentingan secara penuh? Apakah terjadi perubahan kinerja aparat birokrasi? Apakah terjadi perubahan kualitas pelayanan?

Apakah pula strategi reformasi yang telah ditetapkan bisa dilanjutkan atau perlu perubahan? Penulis khawatir bahwa sebenarnya tunjangan kinerja yang diperoleh para pejabat birokrasi jauh lebih kecil dibandingkan dengan “penerimaan tambahan” yang diperoleh sebelum adanya reformasi tunjangan kinerja.

Beberapa Kontradiksi


Tahun 2009 juga ditandai oleh sejumlah kontradiksi kebijakan pemerintah terhadap reformasi birokrasi. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak mendukung strategi reformasi birokrasi tersebut adalah pembentukan wakil menteri di beberapa kementerian. Penulis merasa tidak cukup ada argumentasi untuk mendukung secara penuh keberadaan struktur dan jabatan wakil menteri.

Dalam hal ini perubahan sistem administrasi negara haruslah dilihat secara menyeluruh sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari reformasi birokrasi. Sangat sulit untuk menempatkan struktur wakil menteri dalam desain reformasi organisasi pemerintah. Dengan kata lain, apa signifikansi struktur dan jabatan wakil menteri dalam reformasi birokrasi menyeluruh? Penulis justru melihat wakil menteri sebagai antitesis dari restrukturisasi organisasi sebagai bagian dari reformasi administrasi jika kebutuhan mengadakannya semata-mata hanya untuk menampung kepentingan-kepentingan politik.

Terlebih lagi, pada saat ini banyak sekali ketidakharmonisan, ketidaksinkronan, dan tumpang tindih berbagai struktur dan fungsi baik antar- maupun intrakementerian. Karena itu pembentukan wakil menteri seharusnya dilakukan setelah adanya reviu menyeluruh terhadap berbagai struktur internal kementerian. Kontradiksi lain adalah semakin gemuknya organisasi kementerian dan LPNK di tingkat pusat. Kebijakan desentralisasi tidak diikuti dengan rasionalisasi struktur organisasi internal kementerian dan lembaga pemerintah nonkementerian.

Seharusnya reformasi birokrasi meliputi juga komitmen dan strategi untuk mereduksi jumlah kementerian dan LPNK lainnya. Fakta gemuknya struktur pemerintah pusat ini menunjukkan bahwa reformasi birokrasi hanya dimaknai secara sempit dan tidak meliputi agenda yang menyeluruh. Akhirnya penulis berpandangan bahwa komitmen politik untuk melakukan reformasi birokrasi pada 2010 harus secara radikal ditingkatkan.

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara sebagai mesin reformasi birokrasi harus memulai reformasi dari rumah sendiri dan diberi kewenangan penuh untuk membuat kebijakan sekaligus melaksanakan dan mengawasi kebijakan tersebut. Tentu saja masih sangat banyak agenda yang harus disusun agar menjadi sebuah strategi yang utuh.Semoga.(*)

Eko Prasojo
Guru Besar Ilmu Administrasi dan Ketua Program Pascasarjana Ilmu Administrasi FISIP UI

Opini Okezone 4 Januari 2009



Kali ini, Eliza, sebut saja begitu, tak bisa lagi mengelak. Perawat bayi asal Filipina yang dipekerjakan oleh sepasang suami istri Malaysia ini tak lagi bisa berdalih "kecelakaan kecil" saat rekaman //closed-circuit television// atau CCTV menunjukkan ia menampar bayi 11 bulan yang diasuhnya beberapa kali. Tak hanya itu, dalam rekaman berdurasi 15 menit itu juga menunjukkan Eliza memukul dan mendorong bocah yang baru belajar berjalan itu ke tembok.

Kejadian berlangsung di rumah majikannya di Bandar Sri Damansara, Kuala Lumpur, Malaysia. Berdasar rekaman tersebut, hari itu juga wanita berusia 31 tahun itu digelandang ke kantor polisi untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Penganiayaan yang dilakukan pengasuh bayi itu bermula saat pasangan suami sitri yang mempekerjakan Eliza mengajak anak pertama mereka makan di luar dan meninggalkan si kecil bersama Eliza. Sejam kemudian saat tiba di rumah, mereka mendapati anak bungsunya lebam-lebam di pipi dan tangan.

Sang pengasuh menyangkal telah memperlakukan si kecil dengan ceroboh. Ia mengatakan bisa jadi dia terjatuh saat dirinya tengah bersibuk dengan urusan lain di dapur.

Namun Eliza tak berkutik ketika majikannya memutar ulang rekaman CCTV yang dipasang tersembunyi di rumahnya. Majikan perempuan, seorang sekretaris di sebuah perusahaan multinasional, segera menghubungi polisi. "Dia kami tahan dengan tuduhan penganiayaan terhadap anak-anak," ujar Omar Mammah, wakil kepala kepolisian Selangor. the star/tri

Blog Archive

125x125= Rp. 35.000/month

www.smartbacklink.net/ www.smartbacklink.net/