Sebuah netbook yang ramah lingkungan belum lama ini dipamerkan pada ajang pameran teknologi LibreMeeting di kota Madrid, Spanyol. Netbook bukan sembarang netbook, nggak butuh listrik tapi dengan tenaga surya atau sinar matahari untuk mengoperasikannya yang dibikin dari bahan bio plastik.

Netbook unik tersebut dibanderol sekitar 220 US dolar atau Rp. 2 jutaan. Dengan beratnya cuma 700 gram, netbook ini memakai sistem operasi Linux yang kecepatan Justify Fullprocessor-nya 400MHz. Netbook yang dikembangkan oleh iUnika asal Spanyol itu dipasang memori flash sebesar 64GB, RAM 128MB, WiFi dan 10/100 Ethernet untuk konektivitas, dengan layar 8 inci supaya mampu mendukung resolusi gambar sebesar 800x480 pixel.

Meski produk gadget tersebut masih terbatas, yang butuh daya sekitar 3-4 watt, kemungkinan besarnya panel surya sebagai penerima tenaga tersebut cuma bisa menyimpan data sebentar setelah baterai habis dan melakukan shutdown dengan baik. Namanya juga produk percontohan, optimis kedepannya bakalan muncul gadget yang ramah lingkungan lainnya.



Sejak ribuan tahun lalu, masyarakat India telah menggunakan sistem kesehatan dan penyembuhan tradisional yang disebut Ayurveda. Menurut Dr. Swami Shankardev Saraswati, salah satu pakar yoga dari Mangrove Mountain, New South Wales, Ayurveda adalah sistem pengobatan yang memahami, bahwa tubuh tiap orang itu unik dan butuh perlakuan khusus.

Ayurveda membedakan kekuatan utama hidup (tubuh-pikiran-jiwa) dalam tiga jenis atau dosha: yaitu Vata (udara), Kapha (air), dan Pitta (api). Mengetahui dosha adalah tahap terpenting untuk membantu Anda memilih makanan terbaik sesuai terapi Anda.

Pitta
Bentuk badan sedang, tubuh mudah gemuk, wajah berbentuk hati, kulit berminyak dan berwarna semu merah. Rambut lembut, lurus, mudah diatur, dan berminyak. Selera makan tinggi dan pola tidur baik.

Pola Diet dan Terapi Self Healing:
Konsumsi makanan segar, seperti buah mentah dan manis, termasuk beri, ceri, plum, sayur-sayuran hijau, sayur-sayuran pahit atau manis (seperti asparagus, brokoli, kacang polong, seledri, dan mentimun), padi-padian segar, gandum, beras putih, kue beras, roti, pasta, white meat, produk-produk susu, putih telur, sirup maple, gula, rempah-rempah (seperti ketumbar, jintan, pala, dan mint).

Kurangi buah-buahan asam, bawang, bawang bombay, bawang putih, rempah-rempah pedas, tomat, terung, gula bit, kuning telur, daging merah, kacang-kacangan, cokelat, kopi, teh, dan red wine.

Kunci Sukses Diet:
Jangan lewatkan jam makan tiga kali sehari atau dengan jangka waktu teratur, dengan nutrisi lengkap, ada karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin.

Tips Gaya Hidup:
Pitta cenderung hangat dan bersemangat. Sering-seringlah melakukan aktivitas yang dapat membuat Anda merasa senang. Peliharalah ketenangan dengan berendam dalam air hangat atau berenang. Hindari terpapar matahari terlalu lama.

Vata
Bentuk badan kurus, berat badan sulit naik, wajah lonjong, mata kecil, kulit kering. Rambut kering, keriting, dan kasar. Moody, pola tidur tak menentu, dan sulit tidur nyenyak.

Pola Diet dan Terapi Self Healing:
Perbanyak makanan kaya protein dan mineral, seperti pisang, alpukat, plum, aprikot, sayuran yang direbus tidak terlalu lama, kacang merah, kacang tanah, kedelai, susu kedelai, tahu, telur setengah matang, white meat (ikan, ayam), daging sapi, dan daging kambing.

Kunci Sukses Diet:
Makanlah lebih sering dengan porsi kecil setiap hari. Usahakan makan di tempat yang bersuasana tenang.

Tips Gaya Hidup:
Vata cenderung membuang terlalu banyak energi. Hilangkan kebiasaan itu dengan melakukan kegiatan rutin. Pastikan Anda menyisakan waktu untuk santai dan perkaya diri Anda dengan makan bergizi dan manjakan diri dengan pijat.

Kapha
Bentuk badan gemuk, berat badan cepat naik, wajah bulat, kulit pucat, rambut tebal, mengilat, bergelombang, berminyak, hobi ngemil, dan tukang tidur.

Pola Diet dan Terapi Self Healing:
Perbanyak konsumsi pilihan buah, seperti stroberi, apel, pir, ceri, buah-buahan yang dikeringkan (prem, aprikot, dan pir). Serta salad dan aneka sayuran, termasuk sayur-sayuran pahit dan beraroma tajam (seperti lobak dan bawang, wortel, jagung, dedaunan hijau), padi-padian yang zat besinya tinggi (seperti jagung, oat, gandum, ikan dan daging putih, kacang merah), buncis yang dikeringkan (seperti kacang polong), produk-produk dari kedelai dalam jumlah yang tidak berlebihan, makanan pedas.

Kurangi makanandan minuman dingin, buah-buahan terlalu masam dan terlalu manis, akar-akaran, produk-produk susu, kacang-kacangan dan biji-bijian, makanan berat dan kaya lemak, minyak, mentega, garam, gula, dan pemanis buatan.

Kunci Sukses Diet:
Untuk menu sarapan dan makan malam, pilih yang ringan, sedangkan makan siang boleh makanan berat.

Tips Gaya Hidup:
Kappa cenderung kaku dan menyimpan terlalu banyak energi. Sering-seringlah bergerak. Sehingga energi Anda tidak menumpuk menjadi lemak. (female.kompas.com)


Diakui atau tidak, polemik yang terjadi terkait kasus Bank Century telah menguras energi pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II sekarang ini. Apalagi perkembangan kasus tersebut seolah telah menjadi bola liar.

Terbukti, kasus Century tidak hanya “panas” di dalam Panitia Khusus (Pansus) DPR, tapi juga “diramaikan” oleh munculnya buku Membongkar Gurita Cikeas karya George Junus Aditjondro.
Kepercayaan publik bisa merosot, yang pada gilirannya pemerintah berpotensi terdelegitimasi. Kemungkinan terdelegitimasinya kekuasaan pemerintah itu bukan ancaman kosong, mengingat keruwetan kasus Century diduga sejumlah kalangan melibatkan elite-elite dalam kabinet.


Perkembangan situasi yang sulit diduga tentu membuat khawatir penguasa. Meski pemerintahan SBY-Boediono memiliki dukungan legitimasi meyakinkan (memperoleh lebih dari 60% suara dalam Pilpres), dan telah berusaha “mengamankan” kekuasaan di parlemen dengan mengakomodasi dalam kabinet hampir seluruh kekuatan politik yang ada (kecuali PDI-P, Hanura, dan Gerindra), namun toh pemerintahannya tetap digoyang. Termasuk dari kalangan yang tergabung dalam koalisi KIB II.

Mitra koalisi
Pertanyaannya, mengapa koalisi tersebut tidak solid? Ketidaksolidan koalisi pemerintahan menunjukkan bahwa mereka yang terlibat dalam kabinet masih sebatas sebagai personal (individu) elite-elite partai politik, bukan dalam arti koalisi Parpol keseluruhan.
Walaupun beberapa yang terlibat dalam kabinet adalah pucuk pimpinan Parpol (seperti Muhaimin Iskandar dan Suryadharma Ali), tapi untuk mengikat Parpol dalam koalisi yang kuat tidak mudah. Di era sekarang, independensi setiap anggota parlemen sangat tinggi, sementara intervensi Parpol terhadap masing-masing legislator sulit dilakukan.
Partai politik pendukung pemerintah hingga kini juga terlihat belum secara aktif dan tegas “menertibkan” anggotanya yang dipandang mbalela. Untuk menyebut Parpol mitra koalisi tersebut “menikam dari belakang” karena ikut menggerogoti pemerintah, tentu perlu pembuktian lebih mendalam.
Hanya perlu disadari, sesolid apapun koalisi, sesungguhnya tidak berjalan lama. Karena pada dasarnya mereka merupakan lawan politik, yang suka atau tidak suka harus saling bersaing dalam Pemilu mendatang.
Popularitas kasus Century bisa juga menjadi faktor pendorong bagi setiap kekuatan politik di parlemen untuk berlomba-lomba menjadi yang “terkritis” dalam menyikapi kasus ini di mata publik. Walaupun konsekuensinya akan melemahkan koalisi pemerintahan.
Kekurangefektivan koalisi membuka peluang SBY untuk membongkar pasang kabinetnya. Dari perspektif kekuasaan, ketegasan presiden tersebut perlu untuk memberikan shock therapy bagi mitra koalisi.
Namun, untuk benar-benar meninggalkan mitra koalisinya dalam kabinet, Presiden SBY sepertinya harus berpikir ulang. Keberadaan Partai Demokrat di parlemen bukanlah partai mayoritas (hanya sekitar 20%). Kapasitas politisi-politisi Partai Demokrat juga diperkirakan belum memadai dalam menghadapi kekuatan politik lain di parlemen.
Sangat mungkin pemerintahan SBY-Boediono semakin menjadi bulan-bulanan jika mereka menggusur mitra koalisi. Presiden SBY (dan Partai Demokrat) realitanya masih membutuhkan Parpol-parpol pendukung pemerintah.

Loyalitas menteri
Peringatan Presiden SBY mengenai loyalitas para menteri saat pelantikan menteri/pejabat tinggi negara pada bulan Oktober, dan diulangi lagi saat pelantikan wakil menteri pada beberapa hari lalu, secara tidak langsung juga merupakan ajakan kepada mitra koalisi untuk tidak berseberangan jalan.
Apa yang disampaikan Presiden SBY tersebut cukup beralasan melihat kenyataan bahwa komposisi kabinetnya terdiri lebih dari 50% orang partai politik. Atau 20 orang dari 34 jabatan menteri adalah ”wakil” Parpol.
Dampak negatif ”kabinet pelangi” tersebut terjadi manakala menteri sudah tidak dapat lagi mempertahankan profesionalitasnya. Menteri bersangkutan bakal mempunyai peran ganda. Tidak bisa dipungkiri, di saat bersamaan dia memerankan diri sebagai menteri dan pengurus Parpol sekaligus.
Kesibukan di Parpol bakal menyita banyak waktu, terutama saat mendekati pelaksanaan Pemilu/Pilpres. Apabila mereka tidak bisa memfokuskan loyalitasnya maka otomatis akan ada beragam kepentingan pada dirinya.

Perbedaan afiliasi partai politik dalam Pemilu atau tim sukses dalam Pilpres rawan menimbulkan disharmoni di kabinet. Koordinasi antarkementerian bisa macet dan paling parah tidak menutup kemungkinan bisa memunculkan konflik.
SBY diyakini amat menyadari hal itu. Sehingga sebelum para menteri dipilih, mereka diwajibkan menandatangani kontrak dengan tujuan untuk “mengikat” mereka supaya tidak “lepas kendali”.
Jika presiden konsisten dengan harapannya untuk mewujudkan menteri yang loyal, seharusnya SBY tegas melarang menterinya merangkap jabatan di partai politik. Meski tidak ada aturan yang tidak memperbolehkan, idealnya para menteri meninggalkan kepengurusannya di Parpol.
Konsekuensinya, penerapan larangan rangkap jabatan di partai politik sama halnya memutus ”rantai kooptasi” antara pemerintah dengan Parpol. Secara politis, presiden diuntungkan oleh anggota kabinet yang rangkap jabatan di partai politik.
Upaya untuk ”mengkooptasi” Parpol akan lebih mudah dilakukan jika anak buahnya memiliki pengaruh besar di Parpol. Anggota kabinet yang memegang posisi struktural seperti sekarang saja tidak bisa menjamin tidak ada ”pembangkangan” koalisi, apalagi jika para menterinya tidak menduduki posisi penting di Parpol?
Sebagai penutup, berbagai peristiwa politik yang akhir-akhir ini gencar menyeruak ke ranah publik seyogianya disikapi positif. Ada aspek pembelajaran yang strategis dalam mendewasakan kehidupan demokrasi di negara kita.
Bagaimanapun juga, kasus Century harus tuntas dari sisi hukum maupun politik. Telah meluasnya kasus Century menuntut kasus ini tidak boleh berhenti di tengah jalan.
Memang penting presiden menuntut loyalitas para menteri dan kesetiaan mitra koalisinya. Namun hal tersebut seharusnya tidak dimaknai sebagai tiadanya check and balances. Di negara demokratis, kekuasaan harus dapat dikontrol.
Dalam konteks kasus Century, loyalitas para menteri dan kesetiaan mitra koalisi seperti yang diharapkan Presiden, hendaknya tidak menyurutkan siapapun (oposisi atau mitra koalisi) untuk menuntaskan kasus ini. - Oleh : Didik G Suharto Dosen FISIP UNS Solo
Opini Solo Pos 19 Januari 2010


Oleh Rochadi Tawaf
Tahun 2010 ini, ASEAN-Cina Free Trade Agreement (ACFTA) mulai diberlakukan, pemerintah sangat optimistis pada perdagangan bebas ini karena perekonomian Indonesia diprediksi akan tumbuh positif. Optimisme pemerintah terhadap ACFTA ternyata berbeda dengan para pelaku bisnis yang justru sangat pesimistis. Para pengusaha sangat yakin produk nasional akan kalah bersaing oleh produk asal Cina yang sangat kompetitif. Kemampuan menghasilkan produk yang kompetitif, tiada lain dari peran pemerintah yang sungguh-sungguh berpihak kepada usaha rakyat dalam menginovasi teknologi.
Salah satu komoditas peternakan yang diandalkan dapat tumbuh dan memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi adalah bidang persusuan. Di Indonesia, industri ini mulai tumbuh dan berkembang di era 1970-1980-an.

Pembangunan industri persusuan terjadi secara besar-besaran di kota yang memiliki pelabuhan laut internasional. Hal ini dilakukan karena bahan bakunya sebagian besar berasal dari impor. Bersamaan dengan membangun industri pengolah susu, dilakukan pula importasi sapi hidup dari Australia dan New Zealand secara besar-besaran pada akhir 1979 sampai dengan 1980-an.
Kini, setelah berjalan lebih dari dua puluh tahun, keadaan peternakan sapi perah di Indonesia seperti jalan di tempat bahkan cenderung menurun karena rasio produksi susu dalam negeri dengan impor pada 1990-an berkisar 50:50 dan saat ini kontribusinya berkisar di 30:70. Rata-rata produksi per ekor per hari hanya 10-12 liter, skala usaha per keluarga peternak relatif tetap sekitar 3-4 ekor. Jika kita dihadapkan pada situasi tersebut rasa-rasanya ACFTA akan merupakan tantangan berat bagi peternak di negeri ini. Atas dasar itu, agar kita dapat bersaing dengan produk yang berasal dari Cina, kita harus tahu apa yang telah dan tengah dilakukan oleh industri peternakan di sana. Berdasarkan pengalaman penulis mengunjungi beberapa provinsi di Cina, kiranya ada yang patut dijadikan teladan.
Tumbuh pesat
Dalam sepuluh tahun terakhir, industri persusuan di Cina telah tumbuh dan berkembang sangat pesat ketimbang negara-negara lainnya di dunia, dengan rata-rata tumbuh 10-25 persen per tahun (lihat tabel). Kini, Cina telah menjadi 10 besar negara penghasil susu di dunia. Pertumbuhan tersebut terjadi sebagai akibat dari investasi dan inovasi teknologi yang dilakukan secara besar-besaran. Konsep kawasan sebagai "pusat pengembangan sapi perah di perdesaan" atau Village Milking Centre (VMC) merupakan basis pengembangan kawasan peternakan sapi perah. Ribuan VMC telah beroperasi dengan skala usaha antara 50-2.000 sapi laktasi didukung oleh infrastruktur dan teknologi yang kondusif.
Di sektor pasar, pemerintah Cina melakukan program minum susu bagi anak sekolah yang pembiayaannya ditanggung pemerintah. Semuanya merupakan inisiasi pemerintah yang telah memberikan iklim kondusif bagi usaha ternak sapi perah rakyat di Cina.
Beberapa kebijakan pemerintah Cina yang telah diberikan kepada peternakan rakyat agar industri persusuannya dapat tumbuh dan berkembang, yaitu program pemberian Bantuan Langsung Tunai kepada peternak yang mau menerapkan program embryo transfer (ET). Peternak yang mengikuti program ET diberikan bantuan sekitar 500 RMB (Rp 675.000) dan 1.500 RMB (Rp 2.025.000) jika ternak tersebut terus diusahakan sampai berproduksi.
Selain itu, fasilitas kredit peternak disubsidi bunganya oleh pemerintah dan peternak mendapatkan bunga 0 persen, fasilitas lahan tanpa sewa diberikan untuk lima puluh tahun dan lahan tersebut bisa dimiliki jika peternak berhasil mengembangkan usahanya. Investasi kandang pun disubsidi sekitar 30-50 persen, infrastruktur pendukung lainnya berupa jalan dan sistem komunikasi di perdesaan sama dengan di perkotaan. Dampak kebijakan tersebut telah mampu menumbuhkembangkan industri peternakan sapi perah di perdesaan. Peningkatan produksi susu rakyat dari 3.000 kg/laktasi meningkat menjadi 4.000 kg/laktasi, bagi perusahaan dari 6.000 kg/laktasi menjadi 8.000 kg/laktasi hanya dalam kurun waktu antara 5-10 tahun. Dengan demikian, harga produksinya memiliki daya saing (kompetitif) karena sebagian besar beban produksinya sangat rendah.
Bagaimana di Indonesia?
Kita tahu bahwa beban pajak (PBB) bagi lahan pertanian tidak mendapatkan insentif. Katakanlah lahan yang tidak diusahakan malah mendapatkan keringanan PBB dibandingkan dengan lahan yang diusahakan. RUU tentang lahan abadi pun masih diperuntukkan bagi pertanian padi. Fasilitas kredit yang ada seperti KUPS (kredit usaha perbibitan sapi) yang bunganya disubsidi lima persen ternyata masih sangat sulit diakses. Inovasi teknologi boleh juga dikatakan menjadi kendala. Contoh kasus penggunaan hormon pertumbuhan (HGP) yang dilarang di negeri ini, sementara kita mengimpor susu dari negara yang menggunakan HGP. Bagaimana produksi susu di negeri ini mau tumbuh dan berkembang sementara banyak kebijakannya yang kontraproduktif. Semua hal tersebut telah menciptakan produk hasil usahanya menjadi tidak memiliki daya saing (kompetitif).
Agar peternak sapi perah di dalam negeri dapat bersaing, kiranya pemerintah harus mampu memberikan perlakuan yang sama seperti yang diberikan oleh negara lain terhadap peternaknya. Sepanjang hal tersebut tidak dilakukan, rasa-rasanya negeri ini hanya akan menjadi negara pengimpor susu terbesar di kawasan Asia Tenggara. ***
Penulis, dosen Fakultas Peternakan Unpad, Sekjen DPP PPSKI dan Ketua II PB ISPI.
Opini PIkiran Rakyat 16 Januari 2010




Pengharaman kegiatan fotografi pra nikah (pre wedding) oleh forum bahtsul masail Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se-Jawa Timur ke-12 di Ponpes Lirboyo, Kediri, diamini Ketua Majelis Utama Indonesia (MUI) KH. Cholil Ridwan. KH.Cholil setuju karena hal itu selaras dengan ajaran Islam.

"Kalau dikembalikan ke syariat, saya tidak keberatan atas fatwa itu," ujar KH. Cholil pada detikcom.

Jika merujuk ke ajaran Islam, lanjut KH.Cholil, foto laki-laki dan perempuan sebelum nikah seperti suami istri memang haram hukumnya. "Kalau sudah nikah difoto dengan pose suami istri itu tidak apa-apa. Itu tak langgar syariat," jelasnya.

Menurut KH.Cholil, saat ini, seperti halnya pacaran, foto pre wedding sudah seperti budaya dan itu sebenarnya haram. "Karena sudah jadi budaya, sepertinya tidak haram. Masalahnya kan mereka foto berpose suami istri," katanya.

Namun begitu, KH.Cholil mengaku MUI pusat tidak akan membahas hal itu sepanjang tidak ada permintaan ke masyarakat ke lembaganya.

"Kalau ada lembaga atau pribadi meminta ke MUI agar memberikan fatwa, MUI ada kewajiban menjawabnya. Tapi selama tidak ada permintaan masyarakat, MUI sudah sibuk dengan permintaan (fatwa) yang menumpuk itu," jelasnya.
Forum Bahtsul Masail Putri ke-12 yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri kemarin juga menetapkan haram bagi kegiatan fotografi pra nikah (pre wedding). Forum santri tersebut menganjurkan pemotretan itu dilakukan setelah akad nikah untuk menghindari perbuatan maksiat.

Ketua panitia Bahtsul Masail Putri dari Pondo pesantren Lirboyo Ustadzah Iswatun Hasanah menjelaskan aktivitas fotografi yang lazim dilakukan calon pengantin tersebut saat ini sudah menjadi tren di masyarakat. Bahkan hampir semua calon mempelai mencantumkan foto-foto mesra mereka dalam undangan maupun souvenir.

"Kami menganggap persoalan ini perlu dibahas di forum Bahtsul Masail," kata Ustadzah Iswatun kepada Tempo.

Menurut dia, penjatuhan haram atau larangan ini berlaku kepada kedua calon mempelai dan juru gambar atau fotografer yang bersangkutan. Sebab Islam telah mengatur secara tegas tata cara bergaul dengan lawan jenis di luar muhrim, yang kerap ditabrak oleh calon pengantin yang notabene belum berstatus suami istri.

Iswatun mencontohkan perbuatan ini terjadi manakala calon pengantin dengan sengaja berangkulan, berduaan, dan berciuman hingga menimbulkan tindakan percampuran yang melanggar batas kesusilaan. Bahkan beberapa calon pengantin perempuan dengan sengaja mempertontonkan auratnya kepada calon suami dan fotografer sekaligus. "Karena itu juru gambarnya juga haram karena membolehkan kemaksiatan," katanya.

Untuk mengatasi persoalan tersebut, forum santri yang diikuti 258 perwakilan pondok pesantren di seluruh Provinsi Jawa Timur dan Madura ini menganjurkan calon mempelai untuk melakukan akad nikah terlebih dulu. Selanjutnya mereka diperkenankan melakukan pemotretan pre wedding sebagai pelengkap pelaksanaan pesta pernikahan.

Sebelumnya forum tersebut juga telah menghasilkan kesepakatan haram tentang penggunaan gaya rambut rebounding yang berpotensi membuka aurat perempuan yang belum berkeluarga. Sayangnya karena keterbatasan waktu forum tersebut belum berhasil membahas persoalan lain seperti hukum olahraga perempuan, menonton acara sihir, hingga pemberian amplop dari calon kepala daerah perempuan kepada kyai.

[muslimdaily.net/detik-tempo]



Ini yang agak meragukan kehormatan dianggap paling jelek hanya tentang apa saja, tetapi menurut banyak orang, 105-cerita Ryugyong Hotel di Pyongyang, Korea Utara tampaknya menjadi pemenang kontes bangunan jelek.

The Ryugyong Hotel dengan 3.000 kamar telah digambarkan sebagai yang mengerikan dan versi terdistorsi dongeng istana yang mendominasi langit kota dan sangat buruk sehingga sering menyapu udara keluar dari foto publisitas kota.

Konstruksi dimulai pada 1987 (meskipun tidak ada yang tahu kenapa), tetapi berhenti pada tahun 1992. Rasanya tidak mungkin akan pernah selesai karena fakta bahwa Korea Utara kehabisan uang dan tidak ada industri pariwisata di wilayah ini.

Hotel Ryugyong tetap merusak pemandangan yang seharusnya tidak untuk dilihat setelah makan. Di sana berdiri dan akan selama bertahun-tahun yang akan datang, yang belum selesai, tidak diinginkan, dan sangat, sangat jelek!



Mandi adalah cara paling mudah dan sederhana untuk membersihkan tubuh dan menghilangkan stres. Racun-racun yang menempel pada tubuh juga bisa dihilangkan dengan mandi. Tentunya, mandi yang dilakukan bukan mandi biasa, tetapi mandi dengan garam.

Seperti VIVAnews kutip dari Care2.com, menurut Dr. Hazel Parcells, seorang ahli pengobatan alami, mandi air hangat dan garam bisa mengurangi racun dalam tubuh. Hal itu karena air panas akan mengeluarkan racun dari dalam tubuh ke permukaan kulit, dan ketika air menjadi dingin, racun akan keluar dari kulit.

Untuk detosifikasi dengan mandi garam, persiapkan bahan-bahan berikut, :
- 1 gelas kecil garam laut
- 2 gelas kecil baking soda
- 1 gelas kecil garam inggris (magnesium sulfat)
- 2 sendok makan gliserin

Campur garam laut, baking soda dan garam inggris dalam mangkuk hingga merata. Tuangkan seperempat campuran garam dalam bak mandi sambil diisi air hangat. Tambahkan 1-2 sendok makan gliserin untuk menjaga kulit dari kekeringan. Berendamlah sekitar 10 menit.

Garam inggris meningkatkan detoksifikasi dengan menyebabkan tubuh banyak memproduksi berkeringat. Jadi, racun yang keluar dari tubuh melalui keringat akan semakin banyak. Tetapi, jangan berendam dalam air hangat jika Anda memiliki masalah dengan jantung, tekanan darah tinggi atau diabetes.


DI MAGETAN, Jawa Timur, tepatnya di Pesantren Sabilil Muttaqin (PSM) Pusat Takeran, Mendiknas Mohammad Nuh menyatakan bahwa berdasar evaluasi yang dilaksanakan terhadap berbagai sistem evaluasi yang pernah dilaksanakan di Indonesia semenjak 1972, maka ujian nasional (unas) merupakan metode yang paling baik sebagai standardisasi kelulusan siswa sekolah.

Selanjutnya Mendiknas menyatakan, atas hasil evaluasi itulah, pemerintah bertekad (setidak-tidaknya) tahun ini akan tetap menjalankan unas di sekolah. Apalagi, persiapan untuk menjalankan unas sudah dilakukan jauh hari sebelumnya, seperti pembuatan aturan main, pembuatan soal, penggandaan soal, dan distribusi soal. Bahkan, sistem sosialisasi akan dijalankannya unas pun sudah dilakukan.

Persoalan unas muncul kembali setelah keluarnya putusan MA yang tidak "merekomendasi" dijalankannya unas di Indonesia. Silang pendapat tentang unas pun kembali meramaikan dunia pendidikan nasional sampai akhirnya Presiden SBY merasa perlu turun tangan.

Resistensi Masyarakat

Bahwa unas diyakini sebagai metode yang paling baik sebagai standardisasi kelulusan siswa sekolah, itu barangkali benar. Meski demikian, kalau pemerintah ingin tetap menjalankan unas, sebaiknya dilakukan dengan bijaksana. Realitas menunjukkan, sejak dijalankannya unas yang pertama sampai sekarang, adanya resistensi sebagian anggota masyarakat ternyata tidak dapat dihindari.

Kalau mau jujur, sampai sekarang pun banyak praktisi pendidikan yang belum dapat menerima dengan tulus atas dijalankannya unas dengan berbagai alasan; baik alasan akademis, alasan politis, alasan sosial, maupun alasan lainnya.

Kalau dianalisis secara kritis, resistensi sebagian anggota masyarakat terhadap unas tersebut disebabkan dua hal. Pertama, terjadinya kecurangan dalam pelaksanaan. Kedua, rendahnya kesiapan civitas sekolah dalam menjalankan unas.

Soal kecurangan dalam pelaksanaan unas kiranya sudah menjadi rahasia umum. Siswa yang ujian berbekal catatan gelap alias ''kerpekan" dan/atau membawa handphone untuk berkomunikasi dengan dunia ''luar" secara ilegal selama ujian berlangsung adalah contoh konkretnya. Dengan cara seperti ini, hasil unas yang diperoleh sama sekali tidak mencerminkan kemampuan siswa (lulusan) yang sesungguhnya; selain memunculkan ketidakadilan karena siswa yang tidak curang alias jujur justru berpotensi memperoleh hasil yang rendah jika dibandingkan dengan siswa yang curang.

Itu sekadar contoh kecurangan unas yang bersifat ''insidental"; namun di luar itu, ada kecurangan yang bersifat sistematis dan dampaknya jauh lebih mengerikan.

Tim Sukses merupakan contohnya! Untuk ''menyukseskan" unas, maka dibentuk Tim Sukses di sekolah yang anggotanya terdiri atas beberapa guru pilihan. Cara kerja tim ini sangat bervariasi, salah satunya mengerjakan soal unas dan jawabnya didistribusikan secara ilegal ke peserta dengan pengaturan yang rapi. Karena yang mengerjakan unas para guru pilihan dan peserta tinggal ''mengopi", maka hampir dipastikan mereka akan lulus unas; termasuk siswa yang kemampuan akademisnya rendah.

Ibarat barang, bau tim teknis itu mudah dicium, tetapi bendanya sulit dipegang. Kecurangan tersebut sangat sistematis sehingga meski dalam jangka pendek kelihatannya menguntungkan siswa -karena mempertinggi kemungkinan lulus sekolah- dalam jangka panjang merugikan bangsa, terutama alumni sekolah yang didongkrak Tim Sukses tersebut.

Harus Bijaksana

Faktor kedua terjadinya resistensi masyarakat adalah rendahnya kesiapan civitas sekolah pada umumnya. Meski kriteria kelulusan unas itu relatif rendah -nilai rata-rata 5,50- banyak siswa yang merasa tidak sanggup meraihnya. Akibatnya, banyak siswa stres, guru stres, kepala sekolah stres, bahkan orang tua pun ikut stres.

Akumulasi stres itulah yang kemudian memunculkan kecurangan baik "insidental" maupun sistematis. Logikanya, daripada jujur tetapi tidak lulus, mendingan curang tetapi lulus, toh kecurangan tersebut dimaklumi banyak orang juga.

Rendahnya kesiapan sekolah dalam menjalankan unas disebabkan banyak faktor, seperti, guru yang tidak profesional, sarana pendidikan yang tidak standar, fasilitas belajar yang minim, dsb, yang itu semua kembali kepada tanggung jawab pemerintah. Seandainya pemerintah sanggup menyediakan guru yang profesional, sarana pendidikan yang standar, fasilitas belajar yang optimal, dsb, sudah tentu kesiapan civitas sekolah dalam menjalankan unas akan jauh lebih tinggi.

Kita bisa berhipotesis; kalau kecurangan dalam pelaksanaan unas dapat dihindarkan di satu sisi dan kesiapan civitas sekolah dapat ditingkatkan di sisi lain, maka resistensi masyarakat terhadap unas tentu bisa kita eliminasi, setidak-tidaknya kita minimalisasi.

Jadi, kalau pemerintah bertekad menjalankan unas, maka harus dilakukan secara bijaksana. Caranya, dengan menekan seminimal-minimalnya kecurangan yang terjadi dalam pelaksanaan sambil meningkatkan profesionalisme guru, menstandarkan sarana pendidikan, dan mengoptimalkan fasilitas belajar agar kesiapan civitas sekolah dalam menjalankan unas dapat ditingkatkan.

Tanpa kebijaksanaan seperti itu, dijalankannya unas di sekolah akan terus memunculkan resistensi yang tidak berkesudahan. (*)

*). Prof Dr Ki Supriyoko SDU, MPd, direktur Pascasarjana Universitas Tamansiswa Yogyakarta serta mantan sekretaris Komisi Nasional (Komnas) Pendidikan Indonesia
Opini Jawa Pos 15 Januari 2010


Polisi kesulitan mengungkap identitas pria yang tewas loncat dari Lantai VI parkiran Gedung Pasar Baru Jalan Otto Iskandar Dinata.

Pasalnya, pria yang diperkirakan berusia sekitar 30 tahun tersebut sama sekali tidak mengantongi identitas.

"Ciri-ciri korban, kulit warna putih, umur 30 tahun, jaket warna krem tangan panjang, sendal Reebok warna biru, kaus putih, dan celana pendek krem," kata Kanitreskrim Polsekta Andir Iptu Douglas Mahendra Jaya kepada wartawan di Mapolsekta Andir.

Menurut Douglas, korban sendiri menderita patah di kaki kiri, serta dari mulut dan hidung keluar darah. Di dalam saku baju ditemukan bungkus rokok.

Warga sekitar juga mengaku tidak mengenal korban. Diduga, korban merupakan orang luar. Sementara petugas parkir Lantai VI Pasar Baru juga mengaku tidak mengetahui persis kejadia tersebut. Pasalnya, pria itu loncat saat petugas parkir belum datang.

"Di sini (Pasar Baru) petugas parkir baru datang sekitar pukul 10.00 pagi. Jadi, saya tidak tahu kejadian itu," kata Asep (45), salah seorang petugas parkir Pasar Baru.

Menurut saksi mata bernama Egi mengaku menyaksikan korban melompat dari lantai VI bagian belakang Pasar Baru yang berlantai 12 sekira pukul 09.30 WIB.

Korban menurut dia jatuh dengan kepala terlebih dulu menyentuh atap beton bangunan yang berada di bawahnya. Saat ini jenazah korban sudah dibawa ke RS Hasan Sadikin.

Okezone

Blog Archive

125x125= Rp. 35.000/month

www.smartbacklink.net/ www.smartbacklink.net/